Friday, August 5, 2011

Liburan atau Pembodohan Massal ?


            Di tengah kesibukan dan aktivitas yang berjubel, tentunya Anda sangat merindukan satu hari, satu minggu, atau mungkin satu bulan untuk kembali menjernihkan pikiran dari berbagai beban emosi maupun spiritual, yang dikenal dengan istilah “refreshing”. Kegiatan “refreshing” selalu diidentikan dengan liburan. Liburan dapat dikonversikan ke dalam berbagai bentuk kegiatan; tidak hanya berkutat pada liburan ke pantai misalnya. Meluangkan waktu selama empat jam untuk cuci mata di mall atau sekedar bertemu sahabat pena juga termasuk bentuk “refreshing diri”. Liburan di rumah sekalipun dapat menjadi hal yang mengesankan dan indah bila Anda dapat mengemasnya dalam suasana gembira dan menyenangkan. Kegiatan tersebut merupakan satu hal yang esensial mengingat kapasitas otak manusia yang tidak mampu menerima lecutan beban secara kontinu tanpa sedikit jeda sekalipun.  Hal tersebut adalah suatu kewajaran; sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran serta menyandang makhluk Tuhan paling sempurna, manusia memiliki hasrat untuk menginginkan sesuatu maupun melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan dirinya sendiri. Akan tetapi, terkadang kita salah tafsir akan arti “liburan” itu sendiri. Kesalahan tafsir tersebut tidak hanya terjadi pada penulis, sebagian dari Anda pasti memiliki mindset demikian.

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, liburan didefinisikan sebagai bebas dari kerja atau tidak masuk sekolah; pergi ( bersenang-senang, bersantai,dsb ) menghabiskan waktu libur. Setiap manusia membutuhkan waktu libur sebagai kebutuhan jasmani yang perlu dipenuhi. Tidak peduli dia berasal dari golongan kecil sekalipun, pasti membutuhkan waktu libur di sela-sela daya dan upaya untuk bertahan hidup. Seperti kita tahu definisi liburan tidak hanya identik dengan wisata, ada banyak alternatif lainnya tanpa harus menghabiskan banyak uang.

Lalu apa hubungannya liburan dengan pembodohan massal ?

          Melihat pengalaman penulis sendiri sebagai mahasiswa baru tahun 2011 di salah satu universitas di indonesia, penulis memiliki kelebihan jeda waktu liburan yang teramat cukup. Setelah mendengar pengumuman SNMPTN Jalur Undangan 18 Mei lalu, tidak banyak kegiatan yang penulis lakukan. Hanya makan, tidur, nonton televisi, online, tidur lagi, begitu seterusnya. Hanya sesekali pergi ke mall untuk sekedar refreshing atau bertemu kerabat dan sahabat. Sudah dua bulan lamanya penulis menikmati masa-masa liburan tersebut. Manusia memang tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, ketika masa-masa sekolah dimana dihujani oleh tugas yang menumpuk, kita selalu mengeluh dan berkata “Seandainya waktu libur segera tiba”; namun ketika waktu libur telah datang, kita pun mengeluh lagi, menyebutkan hal yang sama “Kalo gini mending sekolah ya, bosan, tak ada kegiatan yang bisa dilakukan !”. Itulah yang terjadi pada diri penulis karena penulis merasa kebingungan akan kegiatan apa yang seharusnya dilakukan agar membuahkan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Semenjak Ujian Nasional usai, penulis akui bahwa mulai saat itulah penulis memvakumkan diri dari kegiatan belajar sampai saat ini.

        Otak merupakan aset terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ternyata kapasitas otak yang dipergunakan oleh manusia hanya maksimal 10%. Banyak penelitian selama beberapa dasawarsa terakhir, walaupun orang menggunakan kedua belahan otaknya, salah satu sisi pada umumnya cenderung mendominasi tiap individu. Tentu saja idealnya adalah mengolah dan mengembangkan kemampuan sedemikian rupa agar mempunyai perlintasan yang baik antara kedua belahan otak tersebut sehingga orang dapat merasakan terlebih dahulu apa yang diperlukan oleh situasi dan kemudian menggunakan alat yang tepat untuk menanganinya. Akan tetapi orang cenderung untuk tetap tinggal dalam "comfort zone" dari belahan dominan mereka dan memproses tiap situasi menurut preferensi otak kanan atau kirinya.            

Mengapa pembodohan massal ? 

 Ibarat sebuah pisau, ia akan tajam bila terus diasah, dan akan tumpul jika didiamkan begitu saja. Begitu juga dengan otak kita, jika kita asah dengan usaha belajar keras, ia akan terus tajam dan tentunya akan menambah kemampuan kita dalam menganalisa sebuah masalah serta mencari solusi dalam memecahkannya. Itulah salah satu cara untuk keluar dari comfort zones. Tak perlu munafik, terkadang kita merasa bosan bahkan muak dengan buku-buku mata pelajaran yang berserakan di kamar. Sepertinya halnya dalam ekonomi, ada sebuah hukum yang menyatakan menurunnya tingkat kepuasan manusia atau dikenal dengan “Hukum Gossen”. Bila suatu kebutuhan dapat terpenuhi secara terus menerus maka kita akan menjadi bosan. Begitulah Hukum Gossen menerangkan tentang sifat manusia yang selalu bosan akan hal yang sama dan monoton, seperti halnya kita yang sudah bosan dengan pelajaran-pelajaran di SMA misalnya; memanfaatkan waktu liburan dengan sebaik-baiknya tetapi “doing nothing”. Inilah pembodohan massal bukan ajang untuk merefreshing otak dan pikiran.

        Pemenuhan kebutuhan untuk pertama kalinya tentu memuaskan rasa penasaran kita. Selanjutnya akan terasa sangat biasa-biasa saja. Sama halnya dengan pertama kali kita menemui waktu libur; rasanya begitu lega terlepas dari monster-monster yang selalu menggigit waktu kita, dialah si monster tugas. Selanjutnya kita akan merasa bosan dan mengatakan “Liburan seperti ini tak ada sensasinya!”. Bukankah begitu ? Hukum Gossen merupakan hukum alam yang akan selalu ada sepanjang masa. Namun sebagai manusia yang diberi kemampuan lebih dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya, kita harus mencoba menyiasatinya agar ‘karma’ dari Hukum Gossen tidak menimpa kita.
      
      Lalu bagaimana caranya ? Salah satunya cara untuk menghindari kebosanan adalah dengan mengembangkan kreativitas yang kita miliki. Kita tidak harus mememiliki bakat tertentu untuk berkreativitas. Orang yang berbakat belum tentu kreatif, tetapi bergantung bagaimana kita memiliki keinginanan kuat, motivasi diri, serta semangat yang membawa kita memiliki daya pikiran yg kreatif, inovatif, dan tentunya edukatif. Bagaimana menurut Anda, liburan ataukah pembodohan massal ?

Created by Ria Kusuma Dewi

1 comment:

  1. bro komen http://avenditore.blogspot.com/2012/12/new-project_5.html#comment-form
    jgn anonymous nilai tgse dtung ska komen hhu tulis wae "sip" opo "keep up good"

    ReplyDelete