Monday, July 18, 2011

Kiat Menaikkan Batas-Batas Pikiran

Cara 1 
"Life is a daring adventure or nothing"
Kuncinya adalah keberanian sehingga batas-batas pikiran seperti ditarik paksa ke sebuah wilayah baru.

Cara 2
Menetasi batu dengan air. Setiap bentuk ketekunan bisa menghancurkan batu sekalipun. Sehingga harus tekun mencoba, mencoba dan mencoba.

Cara 3
Mengembangkan Jejaring Pergaulan hubungan persahabatan seluas-luasnya.

Cara 4
Mengasah permata ; upaya belajar sekeras-kerasnya.

Cara 5
Merubah kebiasaan

Cara 6
Menghipnotis diri baik melalui kata-kata, pikiran, dan perbuatan.

Cara 7
Berjalan selalu di jalan baru < keluar dari comfort zones >.

Cara 8
Pikiran, membuat gambar. Semakin sering gambar tadi muncul, semakin mungkin menari kita ke dalam kehidupan serupa dalam gambar tersebut.

Sinyal-sinyal otak; Mari menata ulang pikiran

Kesimpulannya adalah mari letakkan pikiran pada posisi sebenarnya. Pikiran diadakan untuk menjadi pembantu, bukan menjadi penguasa. Sebagai pembantu, ia pembantu yang baik, asalkan kita tahu bagaimana menggunakannya.

Semoga bermanfaat.

Bunyi yang Punya Arti

Suatu hari, seorang desa mengunjungi temannya di kota. Bunyi ribut mobil-mobilan dan derap orang lalu lalang sangat mengganggu orang desa tersebut. Kedua orang itu berjalan-jalan dan tiba-tiba orang desa itu berhenti,menepuk pundak temannya dan berbisik,"Berhentilah sebentar, Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?". Teman kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata,"Yang saya dengar hanyalah suara klakson obilserta suara orang lalu lalang. Apa yang kau dengar?". "Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya."

Suara jangkrik lebih keras dari bunyi uang logam yang jatuh


Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik disini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini ? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik ?" Kata orang desa itu, "Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."

Orang desa itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali. Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengarkan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan-jalan, orang itu berkata pada teman desanya,"Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik dari kami." Orang desa itu tersenyyum dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata,"Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkan kepadamu !" Lalu, orang desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu embuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan.

Telinga untuk Mendengar

Kata orang desa itu,"Tahukah kamu sobat, suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara angkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik dari orang kota. Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya kita perhatikan."

Seringkali ketika kita dalam masalah, kita berteriak memohon pertolongan kepada Allah, dan kita merasa Dia diam saja. Ketika membaca kisah tersebut, kita menjadi sadar, bukan karena Allah tidak menjawab, tetapi karena kita lebih fokus pada diri kita sendiri dan permasalahannya daripada fokus pada Allah dan pertolonganNya. Kita memasang telinga agar Allah menjawab sesuai dengan keinginan dan cara kita, dan menolak suara Allah yang mengatakan bahwa Dia menyediakan jalan lain yang lebih baik !

Semoga bermanfaat kawan !

Sunday, July 17, 2011

"Pilihan yang kita ambil setiap hari ikut membentuk masa depan kita"

John C. Maxwell pernah mengatakan bahwa rahasia kesuksesan sebenarnya terletak pada agenda harian kita < the secret of your success is determine in your daily agenda >. Jadi, apa yang kita lakukan hari ini sangatlah penting bagi tercapainya sasaran kita di masa mendatang. "The greatest enemy of tomorrow's success is today's success"lanjutnya.  Ya, masa depan selalu didirikan di atas keberhasilan dan kegagalan hari ini. Sukses besar adalah akumulasi sukses kecil dan kegagalan besar berupa akumulasi kegagalan kecil.

Sebuah pepatah bijak berkata,"Yesterday is a history, tomorrow os a mistery, today is a gift. That's why we call it present". Sayangnya banyak orang yang hanya bisa berkhayal tentang masa depan atau terlalu asyik bernostalgia dengan prestasi masa silam sehingga melupakan arti pentingnya hari ini.

Amat bijaksana jika sebelum memulai hari atau melakukan akivitas, kita bertanya kepada diri sendiri ; Apakah aktivitas ini akan mendekatkan saya kepada impian saya ? Apakah aktivitas ini akan meningkatkan kebermaknaan dan kualitas hidup saya ? Apakah aktivitas ini bermanfaat bagi diri saya dan orang-orang di sekitar saya ? Apakah aktivitas ini benar-benar penting ataukah sungguh-sungguh mendesak ? Mari kita mencermati diri sendiri !
Semoga bermanfaat.

Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Bioteknologi Konvensional

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Industri tahu merupakan industri rakyat, yang sampai saat ini masih banyak yang berbentuk usaha perumahan atau industri rumah tangga. Walaupun sebagai industri rumah tangga dengan modal kecil, industri ini memberikan sumbangan perekonomian negara dan menyediakan banyak tenaga kerja. Namun pada sisi lain dihasilkan limbah cair yang sangat berpotensi merusak lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organik yang degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah. Namun karena sebagian besar pemrakarsa yang bergerak dalam industri tahu adalah orang-orang yang hanya mempunyai modal terbatas, maka perhatian terhadap pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil, dan bahkan ada beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya sama sekali dan langsung dibuang ke lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus mendapat perhatian yang serius. Pengolahan limbah cair industri tahu sampai saat sekarang kebanyakan hanya menampung limbah cair kemudian didiamkan beberapa saat lalu dibuang ke sungai. Cara ini memerlukan kapasitas penampungan limbah cair yang sangat besar. Terlebih lagi apabila kapasitas industri tahu cukup besar, maka dihasilkan limbah cair industri tahu yang sangat banyak.
Penguaraian polutan tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen bebas atau secara anaerob. Memang hal tersebut dapat berjalan walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Supaya proses pengolahan dapat berjalan lebih efektif, maka perlu dicari kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme dapat hidup dengan baik pada kondisi pH limbah cair sekitar 7 atau pada keadaan normal. Limbah cair industri tahu bersifat asam sehingga sebelum diolah perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan kapur agar kerja mikroorganisme berlangsung dengan baik.Mengingat waktu yang cukup panjang dalam proses pengolahan limbah cair tahu secara anaerob, maka perlu dicari jalan ke luar untuk mendapatkan proses yang singkat namun biayanya tetap murah.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara pengolahan tahu ?
b. Bagaimana cara memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas ?
c. Bagaimana kerja Metana Bacterium dalam memfermentasikan limbah tahu menjadi biogas ?

1.3 Tujuan Penelitian

Karya tulis ilmiah “Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Bioteknologi Konvensional” mempunyai tujuan antara lain :
a. Mengetahui cara pengolahan tahu
b. Mengetahui cara memanfaatkan limbah tahu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat setempat .
c. Mengetahui kerja Metana Bacterium dalam fermentasi limbah tahu menjadi biogas .

1.4 Manfaat Penelitian

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara pengolahan tahu yang baik .
b. Memberikan kontribusi pada masyarakat akan pentingnya pemanfaatan limbah tahu .
c. Memberikan solusi dalam mengatasi polusi akibart limbah tahu .

1.5 Ruang Lingkup

Karya tulis ini membahas “Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Bioteknologi Konvensional”.Sasaran permasalahan yang diangkat yaitu berlandaskan pada ruang lingkup home industry tahu di kabupaten Tegal.

1.6 Hipotesis

a. Pembuatan tahu secara tradisional menghasilkan tahu yang lebih berkualitas.
b. Pemanfaatan limbah tahu secara anaerob menghasilkan biogas

1.7 Sumber Data 

Dalam karya tulis ini, kami mengambil sumber-sumber dari :

a. Observasi 

Kami melakukan pengamatan tentang pengolahan dan pemanfaatan limbah tahu di salah satu home industry dan Industri Pengolahan Air Limbah (IPAL) desa Pesalakan, Adiwerna Kabupaten Tegal.

b. Wawancara

Beberapa narasumber yang kami wawancarai yaitu :
1. Bapak M Mulya Subur pemilik home industry tahu
2. Bapak Rosikin selaku operator Industi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
3. Bapak S Teguh selaku Kepala Sub Bidang Perekonomian dan Pengembangan BAPPEDA, Kabupaten Tegal
4. Bapak Ir. jeruri HM selaku Kepala Sub Bidang Pengkajian Lingkungan Hidup , BLH (Badan Lingkungan Hidup)
5. Ibu Kuniardi selaku konsumen tahu

c. Studi Pustaka

Referensi yang kami gunakan bersumber dari website

1.8 Metode Penelitian 

Dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, maka metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah melakukan studi lapangan dan diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan limbah tahu .Dalam pembuatan karya ilmiah, penulis berpedoman pada metode berikut:
a. Metode Observasi
Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan di lapangan .
b. Metode Wawancara
Cara pengumpulan data dengan mengadakan narasumber yang ahli dalam bidangnya .
c. Metode Kepustakaan 
Cara pengumpulan dat dengan menggunakan buku –buku pedoman dan bahan – bahan dari internet yang digunakan sebagai dasar penulisan karya ilmiah.

1.9 Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ini, sistematika penulisan adalah sebagai berikut dalam setiap Bab digunakan angka romawi, dan setiap anak subbab digunakan angka.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bahan baku Tahu
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir,koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut. Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai. Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung,tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan
lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.

Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
Komponen Kadar (%)
Protein 35-45
Lemak 18-32
Karbohidrat 12-30
Air 7

Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan
Makanan Lain
Bahan Makanan Protein (%)
Susu skim kering36,00
Kedelai 35,00
Kacang hijau 22,00
Daging 19,00
Ikan segar 17,00
Telur ayam 13,00
Jagung 9,20
Beras 6,80
Tepung singkong 1,10

Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam
kedelai dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Setelah protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu. Salah satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum dimasak, sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.


2.2 Cara pembuatan Tahu

2.3 Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.

2.4 Bakteri Asam laktat

Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat berpotensi sebagai pengawet tahu. Dengan bakteriosin sebagai agensia penggumpal dan sekaligus pengawet, diharapkan masa simpan tahu dapat diperpanjang.
Hal itu dikemukakan Prof Dr Endang Sutriswati Rahayu dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, dengan judul 'Prospek Bakteri Asam Laktat Hasil Rekayasa Genetika Bidang Industri Pangan', di Balai Senat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin (27/8).
Ia mengungkapkan bahwa tahu 'KITA' yang diproduksi oleh Koperasi Alumni Teknologi Pertanian UGM menerapkan proses pasteurisasi pada tahu murni yang dihasilkan. Kemudian, dilanjutkan dengan penyimpanan dingin saat distribusi dan sebelum dikonsumsi.
''Dengan memanfaatkan bakteri asam laktat penghasil bakteriosin sebagai agensia penggumpal dan sekaligus pengawet, diharapkan masa simpan tahu dapat diperpanjang. Potensi bakteriosin sebagai pengawet saat ini secara intensif sedang diteliti di Fakultas Teknologi Pertanian UGM bekerja sama dengan produsen tahu KITA,'' tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, bakteriosin memiliki potensi sebagai pengawet alami (biopreservasi) untuk menggantikan penggunaan pengawet kimia pada bahan makanan. Nisin adalah bakteriosin yang dihasilkan oleh Lactococcus lactis dan telah dinyatakan aman penggunaan oleh Badan Pangan Dunia (FAO/WHO) sebagai pengawet alami. Bakteriosin ini telah diaplikasikan pada produk pangan pasteurisasi (keju dan susu), produk pangan sterilisasi berkadar asam rendah (makanan kaleng), produk pangan asam (yogurt dan salad dressing), produk pangan kemas vakum dan modifikasi atmosfir (slice meat, sosis, smoked fish), serta minuman beralkohol. Berbagai negara telah mengeluarkan peraturan tentang level nisin sebagai pengawet makanan.
Pengujian bakteri asam laktat penghasil bakteriosin non-nisin, karakterisasi dan aplikasinya sebagai agensia pengawet juga telah banyak dilakukan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Pediococcus acidilactici F-11 merupakan bakteri asam laktat penghasil bakteriosin yang potensial dibandingkan dengan isolat-isolat lainnya. Bakteriosin yang dihasilkan dari bakteri ini dapat menekan pertumbuhan bakteri pada susu pasteurisasi yang disimpan dingin. Bakteriosin yang dikombinasi sodium diasetat dan sodium laktat ternyata juga dapat menekan Listeria monocytogenes dalam daging yang disimpan pada suhu rendah.
Bahkan, kata Trisye, biomass Pediococcus acidilactici F-11 penghasil bakteriosin yang disemprotkan pada sayuran segar, khususnya paprika dan wortel yang disimpan dingin dapat menekan pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pengembangan bakteri asam laktat penghasil bakteriosin sebagai kultur starter untuk memperbaiki produk fermentasi berbasis susu dan ikan juga telah dilakukan. Telah dilaporkan bahwa selama berlangsungnya proses fermentasi ikan menggunakan starter penghasil bakteriosin, populasi Coliform dapat ditekan.
Di bagian lain ia mengatakan, bakteri asam laktat penghasil bakteriosin dapat ditingkatkan produksinya melalui rekayasa genetika. Sehingga, biaya produksi dapat ditekan dan bakteriosin dengan harga yang murah dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil menengah sebagai alternatif pengawet alami. ''Produk pangan hasil rekayasa genetika bukan ancaman bagi kita semua. Namun, kita perlu memahami dengan benar agar dapat kita manfaatkan untuk kesejahteraan kita semua,''

2.5 Bahan Pembantu Pembuatan Tahu

Bahan baku untuk membuat tahu kualitas tinggi adalah kedele putih berbiji besar-besar. Kemudian perlu juga asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedele agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tahu (CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.
Dalam seluruh proses produksi tahu air bersih amat penting, baik untuk mencuci, merendam maupun untuk membuat sari kedele. Kalau pengrajin ingin membuat tahu kuning perlu menambah kunyit yang telah diparut dan diperas. Untuk menambah rasa asin, misalnya dapat menambah garam, untuk menambah rasa wangi sari kedele dicampur, misalnya dengan bubuk ketumbar, jintan, kapol, cengkeh, pala atau bahan-bahan dari ramu-ramuan lain. Pengrajin dapat pula membeli bubuk wangi buatan, misalny a bubuk buatan Cina.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Produk Tahu


Berdasarkan observasi yang kami lakukan di salah satu home industry tahu di Kabupaten Tegal , kami mendapatkan bahwa terdapat 4 macam jenis kedelai yaitu kedelai kuning, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Dalam pengolahan tahu ini , digunakan kedelai kuning karena dapat mengasilkan tahu yang berkualitas tinggi . Syarat mutu tahu kualitas utama yaitu :
a. bebas dari sisa tanaman (kulit palang, potongan batang atau ranting, batu, kerikil, tanah atau biji-bijian)
b. biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit
c. biji kedelai tidak memar
d. kulit biji kedelai tidak keriput , rasanya manis dan mengkilap .

Alat yang dibutuhkan meliputi :
1. Ember besar
2. Tampah (nyiru)
3. Kain Saring atau kain blancu
4. Kain pengaduk
5. Cetakan
6. Keranjang
7. Rak bamboo
8. Tungku atau kompor
9. Alat penghancur (alu)
10. Mesin penggiling

Bahan yang digunakan meliputi :
1. Kedelai
2. Air secukupnya
3. Kunir
4. Garam
5. Asam cuka sebagai penggumpal tahu

Proses produksi Tahu
Tahap dalam proses produksi tahu adalah sebagai berikut :
1. Kedele dipilih dengan penampi untuk memilih biji kedele besar. Kemudian di cuci serta direndam dalam air besar selama 6 jam. Tujuannya agar kedelai lebih lentur sehingga mudah digiling .
2. Setelah di rendam di cuci kembali sekitar 1/2 jam
3. Setelah di cuci bersih kedelai di bagi-bagi diletakkan dalam ebleg terbuat dari bambu atau plastik.
4. Selanjutnya kedele giling sampai halus, dan butir kedele mengalir dengan sendirinya kedalam tong penampung.
5. Selesai digiling langsung direbus selama 15 – 20 menit mempergunakan wajan dengan ukuran yang besar-besar . Sebaiknya jarak waktu antara selesai digiling dan dimasak jangan lebih dari 5 – 10 menit, supaya kualitas tahu menjadi baik.
6. Selesai di masak bubur kedele diangkat dari wajan ke bak/tong untuk disaring menggunakan kain belacu atau mori kasar yang telah di letakkan pada sangkar bambu. Agar bubur dapat di saring sekuat-kuatnya diletakkan sebuah papan kayu pada kain itu lalu ada satu orang naik di atasnya dan menggoyang-goyang, supaya terperas semua air yang masih ada pada bubur kedele. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Kalau perlu ampas tahu diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari lagi. Pekerjaan penyaringan di lakukan berkali-kali hingga bubur kedele habis.
7. Air sampingan yang tertampung dalam tong warna kuning atau putih adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan di campur dengan asam cuka untuk menggumpalkan. Sebagai tambahan asam cuka dapat juga air kelapa atau cairan whey (air sari tahu bila tahu telah menggumpal) yang telah di eramkan maupun bubuk batu tahu (sulfat kapur)
8. Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap itulah yang nanti sesudah di cetak menjadi tahu. Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tahu dan disimpan, sebab air asam cuka masih dapat digunakan lagi. Endapan tahu dituangkan dalam kotak ukuran misalnya 50 x 60 cm 2 dan sebagai alasnya di hamparkan kain belacu. Adonan tahu kotak dikempa, sehingga air yang masih tercampur dalam adonan tahu itu terperas habis. Pengempaan dilakukan sekitar 1 menit, adonan tahu terbentuk kotak, yang sudah padat, di potong-potong, misalnya dengan ukuran 6 x 4 cm 2, sebelum menjadi tahu siap di jual.


Menurut Bpk. Mulya Subur , kualitas tahu yang baik adalah tahu tanpa bahan pengawet dan memakai kunir sebagai pewarna alami serta garam sebagai penggurih makanan . Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat berpotensi sebagai pengawet tahu. Dengan bakteriosin sebagai agensia penggumpal dan sekaligus pengawet, diharapkan masa simpan tahu dapat diperpanjang. Bakteriosin memiliki potensi sebagai pengawet alami (biopreservasi) untuk menggantikan penggunaan pengawet kimia pada bahan makanan.

Namun , menurut salah satu konsumen Ibu Kuniardi , tahu yang baik dan enak adalah tahu yang langsung dikonsumsi setelah dibuat maksimal jangka waktu 1 hari . Meskipun kini produksi tahu memanfaatkan bakteri asam laktat yang tertuang pada cuka ( CH3COOH yang bersifat asam ) , namun rasa yang dihasilkan jika sudah diawetkan berhari hari akan berbeda . Tahu bersifat mudah rusak (busuk). Pada kondisi biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 – 2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam lalu berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi.

Berdasarkan sumber dari internet , kami mendapatkan kandungan gizi dalam 100 gram tahu sebagai berikut :
No Jenis Zat Jumlah
1 Energi 63 kal
2 Air 86,7 gram
3 Protein 7,9 gram
4 Lemak 4,1 gram
5 Karbohidrat 0,4 gram
6 Serat 0,1 gram
7 Abu 0,9 gram
8 Kalsium 150 mg
9 Besi 2,2 mg
10 Vitamin B1 0,04 mg dan B2 0,02 mg
11 Nitacin 0,4 mg


Dengan komposisi seperti itulah, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, terutama bakteri asam laktat karena kadar air dan kadar protein yang tinggi . Bakteri tersebut dapat tumbuh pada pH 7 atau keadaan normal . Mikrorganisme ini bersifat asam serta dapat menggumpalkan dan mengawetkan . Pada proses pembuatan tahu , bakteri ini berada pada bibit dan asam cuka yang digunakan untuk menggumpalkan tahu sesuai bentuk cetakan yang diinginkan . Selain itu , keberadaan bakteri ini berfungsi untuk mengawetkan tahu secara alami . Menurut Bpk. Mulya Subur , selain secara alami , tahu juga dapat diawetkan dengan cara merendamnya ke dalam air .Dengan cara seperti itu , tahu dapat bertahan selama berhari hari .

Sebelum menjadi tahu , adonan tahu dimasak . Tujuannya adalah untuk menghilangkan bau kedelai dan agar proses penyaringan ( distilasi ) dapat berjalan dengan baik . Pemanasan atau pemasakan tersebut sangat dipengaruhi oleh suhu . Pemanasan dapat mempengaruhi kadar protein pada tahu. Pengaruh panas dapat menyebabkan kerusakan protein , sehingga ketika mengaduk adonan harus hati-hati agar menghasilkan kualitas tahu yang baik . Selain itu penggilingan pada tahu menggunakan air panas bukan air dingin . Hal ini disebabkan , jika penggilingan dilakukan dengan menggunakan air dingin , maka aroma khas dari kedelai tidak akan hilang sehingga tahu kurang disukai masyarakat .
Dalam home industry ini , pengolahan tahu masih tergolong tradisional . Dari segi pewarnaan , pewarna yang digunakan adalah kunir yang menghasilkan warna kuning sedangkan tahu bewarna putih tanpa memakai pewarna . Dari segi pengawet , pengawet yang digunakan adalah bakteri asam laktat yang secara alami ada pada proses pembuatan tahu dan air dengan cara merendam tahu itu .


3.2 Pemanfaatan Limbah Tahu menjadi Biogas

Berdasarkan studi lapangan , sebagian besar limbah cair yag dihasilkan oleh industry pembuatan tahu di Kabupaten Tegal khususnya Desa Pesalakan Adiwerna adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu atau disebut air dadih . Cairan tersebut mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai . Namun di beberapa industry di Kabupaten Tegal , limbah cair tersebut dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga dapat menghasilkan bau busuk , mencemari sungai , dan menyebabkan polusi udara.
Berbeda dengan industry tahu di Desa Pesalakan , sekitar 250 home industry memanfaatkan limbah tahu sisa penyaringan menjadi biogas . Menurut Bpk. Rosikin selaku operator Industri Pengolahan Air Limbah ( IPAL) , ide tersebut muncul ketika warga bingung dalam membuang limbah tahu mereka . Atas prakarsa peneliti dari Jerman , UGM , dan aliran dana baik dari pemerintah pusat , provinsi maupun daerah , didirikan IPAL yang selesai pada tahun 2008 .
Rancangan IPAL Desa Pesalakan Adiwerna

Berdasarkan hasil pengamatan , wawancara dengan Bpk. Rosikin dan Bpk. S. Teguh selaku Kepala Sub Bidang Pengkajian Lingkungan Hidup , proses pengolahan limbah tahu menjadi biogas adalah sebagai berikut :
1. Pertama limbah tahu cair dari berbagai home industry , dialirkan melalui pipa dan ditampung di sebuah bak penampung dengan bantuan listrik atau dipacu dengan listrik .
2. Setelah ditampung di bak penampungan , air limbah tersebut dialirkan ke bak penampung pusat . Pada bak tersebut , air limbah mengalami penyaringan lebih lanjut .
3. Lalu , air limbah tersebut dialirkan menuju dua bak penampung lainnya yang letaknya sejajar dengan bak penampung pusat . Tujuannya untuk memperlancar proses aliran .
4. Setelah itu , air limbah yang berasal dari dua bak penampung masing-masing dialirkan menuju dua digester yang letaknya sejajar .
5. Di dalam digester tersebut , air limbah mengalami serangkaian proses yaitu proses fermentasi Bakteri EM 4 atau bakteri metana( 10 – 20 % dari air limbah ) . Menurut Bpk. S. Teguh selaku KaSub Bidang Perekonomian dan Pengembangan , bakteri tersebut dapat diperoleh dari apotek dan dapat terus berkembang biak sehingga tidak perlu pemberian bakteri secara reguler . Bakteri tersebut bersifat sebagai pemicu dan berfungsi menghasilkan gas metan yang merupakan komposisi utama biogas . Awalnya , bakteri tersebut menguraikan zat-zat organic seperti limbah tahu menjadi protein yang kemudian berubah menjadi gas metan .Digester dirancang dengan bentuk setengah bola agar kokoh dan kuat . Selain itu , digester didesign kedap udara karena proses yang terjadi yaitu secara anaerob ( tidak membutuhkan oksigen ) dengan komposisi 40 % limbah dan 60% ruang udara kosong . Ruang udara kosong tersebut digunakan sebagai ruang bagi gas yang dihasilkan oleh bakteri EM 4 .
6. Pada digester , terdapat selang dengan dipacu oleh sebuah dynamo di ruang operasional . Aliran gas mengalir melalui selang , kemudian dialirkan menuju pipa-pipa di setiap rumah di desa Pesalakan . Mengalir tidaknya gas , diukur melalui parameter berupa manometer . Jika ketinggian air mencapai angka 20 , pertanda gas sudah mengalir menuju rumah-rumah warga .
7. Air limbah yang tidak diuraikan oleh Bakteri EM 4 , disaring kembali melalui bak penyaringan dengan komposisi dari atas ke bawah yaitu batu koral seperti batu apung dan kerikil , arang , ijuk dan spon .
8. Air yang sudah disaring dialirkan menuju kolam ikan lele . Degan air akhir saringan limbah tahu , ikan lele dapat berkembang biak dan tumbuh subur . Selain sebagai penunjang bagi ikan , air limbah juga dapat dimanfaatkan sebagai irigrasi pada sawah di sekitar tempat IPAL .

Proses pengolahan limbah tahu tersebut terjadi secara fisika dan biologi . Pengolahan secara fisika yaitu melalui proses penyaringan (screening) merupakan suatu cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar seperti limbah tahu . Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Sedangkan pengolahan secara biologi yaitu pengolahan semua air buangan yang biodegradable .


Menurut Bpk. S Teguh , pembangunan IPAL ini mencapai anggaran 1,5 Milyar . Disini pemerintah hanya berperan sebagai inisiasi , fasilitator , dan evaluator sehingga untuk pengelolaannya diserahkan kepada warga setempat . Dari segi kontribusi , menurut beliau , keuntungan secara financial tidak ada . Baginya , ini merupakan suatu keberhasilan bagi pemerintah karena berhasil memecahkan salah satu masalah polusi udara . Begitu juga pernyataan dari Bpk. Ir. Jeruri selaku Kepala Sub Bidang Pengkajian Lingkungan Hidup . Pihak BLH hanya memantau , memberikan fasilitas serta memberikan pentuluhan terhaddap pengrajin tahu mengingat kondisi lingkungan yang semakin mengglobal .


BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan dan analisis yang telah kami buat, dapat disimpulkan bahwa :
• Proses produksi tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah padat dapat dimanfaatkan menjadi gembus dan makanan ternak, sedangkan limbah cair tahu dapat dimanfaatkan menjadi biogas, tetapi belum banyak pengusaha tahu yang belum memanfaatkan limbah cair tahu dan membuangnya ke sungai begitu saja.
• Di desa Pesalakan, biogas limbah tahu dibuat dengan memanfaatkan proses fermentasi bakteri EM 4.
• Walaupun tidak menghasilkan uang yang banyak, tetapi pemanfaatan limbah cair tahu ini telah menyelesaikan masalah para pengrajin tahu yang kebingungan membuang limbah cair tahu yang dapat mencemari lingkungan.

4.2 Saran
Pemilik Industri Tahu:
1. Sebaiknya Limbah tahu cair tidak dibuang sembarangan karena dapat mencemari lingkungan sekitar.
2. Sebaiknya limbah tahu cair dimanfaatkan sehingga dapat meringankan beban hidup dengan mensubstitusikan biogas dengan gas LPG.

Pemerintah
1. Sebaiknya pada setiap daerah penghasil tahu, diadakan penyuluhan sehingga masyarakat khususnya pemilik industri tahu dapat mengetahui pemanfaatan limbah tahu.
2. Sebaiknya pemerintah segera membuat lebih banyak lagi digester agar polusi akan limbah tahu dapat berkurang.


DAFTAR PUSTAKA
Harahap F M, Apandi dan Ginting S., 1978, “Teknologi Gasbio”, Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung, Bandung
Nurtjahya, Eddy., dkk, 2003, “Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan”, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta.
EMDI dan BAPEDAL. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri Di Indonesia: Sumber, pengendalian dan baku Mutu. Project of the Ministry for the Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press, Jakarta.
http://www.balipost.co.id
http://www.litbang.esdm.go.id
http://www.migas-indonesia.com
http://www.petra.ac.id
http://www.pikiran-rakyat.com
http://www.waspada.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/


Lampiran

SURAT PERNYATAAN WAWANCARA

Sehubungan dengan proses pngerjaan pembelajaran di luar kelas mata pelajaran Biologi kelas XII IPA SMAN 1 Tegal tentang Pemrosesan Produk Bioteknologi di Kota Tegal dan sekitarnya , maka dengan ini kami selaku siswa kelas XII IPA SMAN 1 Tegal menyatakan bahwa :

Nama : Intan Khoirun Nisa
Kelas/Absen : XII IPA 1 / 16

Nama : Muhendra Ragah Satria
Kelas/Absen : XII IPA 1 / 20

Nama : Ria Kusuma Dewi
Kelas/Absen : XII IPA 1 / 23

Nama : Wahyu Pahlawan
Kelas/Absen : XII IPA 1 / 29

Telah melakukan wawancara dengan Bpk. Ir. Jeruri HM selaku Kepala Sub Bidang Pengkajian Lingkungan Hidup , BLH , Kab. Tegal .
Dengan demikian , surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaiman mestinya.


Tegal, 27 Juli 2010
Narasumber



Ir. Jeruri HM

Polantas , Antara Hukum dan Perasaan terhadap Penilangan Kendaraan Bermotor

Seiring perkembangan jaman , kemajuan teknologi khususnya dalam bidang transportasi tak bisa dielakkan lagi . Adanya penemuan mesin memunculkan jenis-jenis kendaraan yang didesain seperti sekarang ini . Tentunya , kemajuan tersebut membawa dampak positif dan negatif . Dampak positifnya yaitu mempermudah, memperlancar dan mempercepat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Adapun kerugian yang ditimbulkan yakni semakin maraknya kecelakaan dan kemacetan . Hal tersebut dipicu oleh banyaknya pelanggaran lalu lintas oleh pengendara .

Dengan bertambahnya jumlah kendaraan di suatu daerah maka untuk mengatasi arus lalu lintas agar dapat berjalan lancar dan aman diperlukan bantuan dari pihak kepolisian yang bertugas dalam bidang lalu lintas atau yang lebih dikenal sebagai Polantas (Polisi Lalu Lintas). Seorang Polantas mempunyai tugas utama dalam pengaturan arus lalu lintas di daerah di mana dia bertugas. Ia berkewajiban untuk mengamankan dan memperlancar arus lalu lintas terutama terhadap para pengendara kendaraan bermotor dan para pejalan kaki yang mau menyebrang.

Rambu-rambu lalu lintas sudah dibuat . Aturan penggunaan lalu lintas juga sudah digembar-gemborkan . Namun , para pengendara kendaraan bermotor sering tidak mempedulikan apa yang telah ditetapkan dan dibuat oleh pihak Polantas. Adanya pengendara kendaraan bermotor yang tidak mempedulikan aturan lalu lintas maka dari pihak Polantas sering mengadakan tindakan pengamanan dan penertiban.

Penertiban yang sering dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dikenal dengan sebutan “tilang” yang sebenarnya kepanjangan dari “Bukti Pelanggaran”. Tilang lebih akrab diartikan sebagai usaha dari Polantas untuk menertibkan para pengendara kendaraan bermotor yang tidak disiplin. Dalam penilangan , para Polantas selalu mengecek kelengkapan surat-surat seperti SIM (Surat Ijin Mengemudi), STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) dan kelengkapan alat-alat kendaraan seperti kaca spion, lampu, dan knal pot. Bagi si pengendara yang kelengkapannya kurang maka motornya akan “disita” atau ditahan. Sedangkan mereka yang kelengkapan motornya lengkap akan dibiarkan melanjutkan perjalanannya.

Dalam tulisan ini permasalahan yang diangkat ialah soal keadilan yang ditunjukkan oleh pihak Polantas dalam melakukan penilangan. Sering dalam penilangan, terdapat pendiskriminasian perlakuan terhadap pengendara kendaraan bermotor. Orang yang dikenal oleh Polantas sering dibebaskan begitu saja sedangkan mereka yang tidak dikenal diberikan surat penilangan dan untuk mengambil kendaraan mereka yang telah ditahan harus membawa uang tebusan sebesar pelanggaran yang dilanggar. Aturan sekarang ,untuk satu kesalahan harus ditebus dengan uang sebesar Rp.50.000. Jika seorang yang melanggar aturan tidak memiliki SIM, tidak menggunakan helm, tidak menggunakan kaca spion dan menggunakan knalpot yang tidak dianjurkan, maka konsekuensinya harus menebus dengan uang sebesar Rp.200.000 karena telah melanggar empat aturan.

Sungguh ironis, hukum dapat diuangkan


Kembali ke persoalan pendiskriminasian dalam penilangan, yang menjadi alasan pendiskriminasian ini yakni soal perasaan. Seorang Polantas merasa tidak enak jika harus menahan pengendara yang notabene adalah temannya, orang tuanya, saudaranya, kenalannya ataupun rekan polisinya. Idealnya seorang yang melanggar aturan harus dikenai sangsi.

Pengkotak-kotakkan perlakuan terhadap pelanggar aturan adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia. Mengapa demikian? Karena semua manusia adalah sama dihadapan hukum seperti tercantum pada UUD 1945 pasal 28 . Jika penegak hukum membuat pengkotak-kotakkan terhadap pelanggar hukum berarti ia sebenarnya telah merendahkan martabat orang lain. Ia melihat adanya perbedaan martabat manusia padahal semua manusia pada hakekatnya sama dihadapan Sang Pencipta.

Oleh karena itu, yang harus diperhatikan oleh para Polantas ialah dalam penertiban para pengguna kendaraan bermotor hendaknya aspek keadilan benar-benar ditegakkan. Soal keadilan dan kebenaran bukanlah diselesaikan dengan perasaan tetapi dengan hukum yang berlaku. Hukum pada hakekatnya mengarah pada kebaikan bersama, sehingga salah jika ada anggapan dalam diri seorang Polantas bahwa, “ Saya bersalah bila menertibkan orang yang melanggar aturan yang notabene dekat dengan saya. Jika saya berperasaan kepada orang yang dekat dengan saya , mengapa orang lain tidak? Inikan perbuatan yang menunjukkan bahwa saya tidak adil dan tidak menghargai hak asasi manusia. Di manakah jati diri saya sebagai penegak hukum, jika dalam realisasinya saya melayukan hukum”. Seharusnya hal tersebut telah tertanamkan pada pribadi masing-masing Polantas sehingga antara hukum dan perasaan dapat dipisahkan .

Oleh:
Ria Kusuma Dewi
12 IPA 1 / 23

Biologi Itu Mudah


Judul : BIOLOGI 2 SMA dan MA untuk kelas XI
Penulis : Diah Aryulina,Ph.D , Choirul Muslim,Ph.D , Syalfinaf Manaf , M.S. , Dr. Endang Widi W. , M.Pd.
Penerbit : Esis
Tahun Terbit : 2007
Tebal : xi + 356 halaman

Biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup . Seiring berkembangnya waktu , ilmu biologi menjadi aspek penting yang mendasari kehidupan suatu makhluk hidup . Namun , biologi yang dipelajari di sekolah sering dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dan membingungkan . Padahal memahami biologi sangat diperlukan karena biologi adalah bagian hidup dari manusia . Maka diperlukan suatu cara agar mempelajari biologi menjadi lebih menarik .

Inilah buku yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa . Melalui buku BIOLOGI 2 ini , topik-topik biologi dibahas dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami . Materi belajar yang dipaparkan adalah tidak saja materi biologi , namun juga materi aplikasi mutakhir dari biologi agar siswa tidak saja memahami perkembangan biologi namun juga kaitannya dengan pemanfaatan biologi di masyarakat dan lingkungan . Kegiatan belajar yang bervariasi disajikan agar siswa dapat mempraktikannya untuk mengembangkan kemampuan belajar ilmiah .

Buku ini mengacu pada KTSP Standar Isi 2006 dan didukung oleh gambar full colour yang akan memudahkan peserta didik memahami Biologi . Karena itulah , Diah Aryuolina dan Choirul Muslim yang mendapat gelar Doktor dari Virginia Polytechnic Institute and State University , USA menyuguhkan karakteristik buku ini yang membedakannya dengan buku lain seperti adanya subbab eksperimen , diskusi , zona kreatif , wirausaha , fakta bio , web bio , saling temas ( sains lingkungan teknologi masyarakat ) , proyek , evaluasi pemahaman dan penerapan konsep , evaluasi kinerja ilmiah , dan glosarium . Berbeda dengan buku biologi karya Istamar Syamsyuri lulusan FMIPA IKIP Malang yang hanya menyajikan materi secara ringkas , minimalnya gambar-gambar serta penyajian kertas yang tidak full colour .

Sayang , soal yang disajikan pada evaluasi pemahaman dan penerapan konsep pada buku BIOLOGI 2 terdapat kesalahan cetak sehingga membuat siswa merasa bingung dalam menyelesaikannya . Namun kesalahan tersebut hanya sedikit dan dapat diatasi .
Oleh karena itu , kehadiran buku BIOLOGI 2 ini layak diapresiasi . Diharapkan kehadiran buku ini mampu memberikan nilai manfaat bagi peserta didik khususnya siswa kelas XI yang ingin memahami biologi secara baik dan mendalam serta dapat mendorong berkembangnya kompetensi siswa .


Oleh :
Ria Kusuma Dewi
XII IPA 1 / 23

Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Pertumbuhan Kecambah


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup . Pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring . Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible ( tidak dapat dibalik ) karena adanya pembelahan mitosis dan pembesaran sel . Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif . Perkembangan adalah terspesialisasinya sel sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu . Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran , tetapi dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan . Pertumbuhan pada kecambah tergantung pada kelembaban udaranya .
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula.
Pengaruh kelembaban udara berbeda beda pada setiap tumbuhan . Tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik bagi pertumbuhan kecambah . Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit diuapkan . Kondisi tersebut mendukung aktifitas pemanjangan sel-sel dan kecepatan pertumbuhan pada kecambah .

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kelembaban udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah?
b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembaban udara dapat mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan kecambah?


1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengidentifikasi perbedaan kelembaban udara terhadap pertumbuhan kecambah
b. Mengetahui bagaimana kelembaban udara dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah
c. Mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembaban udara dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah

1.4 Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan bagi siswa tentang pertumbuhan kecambah .
b. Memberikan kontribusi bagi masyarakat
c. Menerapkan penggunaan hygrometer pada pertumbuhan kecambah

1.5 Ruang Lingkup
Karya tulis ini membahas “Pengaruh Perbedaan Kelembaban Udara terhadap Pertumbuhan Kecambah”. Sasaran permasalahan yang diangkat yaitu berlandaskan pada ruang lingkup kecambah pada gelas 1 , gelas 2 , dan gelas 3 .

1.6 Metodologi Penelitian
Dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, maka metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah melakukan penelitian secara langsung dan diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pertumbuhan kecambah .Dalam pembuatan karya ilmiah, penulis berpedoman pada metode berikut:
a. Metode observasi
Cara pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung pada pertumbuhan kecambah .
b. Metode Kepustakaan
Cara pengumpulan dat dengan menggunakan buku –buku pedoman dan bahan – bahan dari internet yang digunakan sebagai dasar penulisan karya ilmiah.

1.7 Alat dan Bahan Penelitian

1.7.1 Alat
a. 3 gelas bekas aqua
b. 1 buah mangkuk kecil
c. 15 batang lidi @ 6 cm
d. 2 buah kardus
e. Label nama
f. Penitih
g. Isolasi
h. Gunting
i. Cutter
j. Hygrometer
k. Gelas Ukur

1.7.2 Bahan
a. 15 biji kecambah
b. Tanah gembur secukupnya
c. Air masing-masing 10cc
1.8 Rancangan Penelitian
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Lubangi bagian dasar aqua dengan peniti lalu potong bagian atasnya
c. Tuangkan tanah ke dalam 3 gelas aqua secukupnya
d. Buatlah 15 buah bendera dengan nomor 1-5 menggunakan label dan lidi
e. Letakkan masing-masing 5 biji kecambah pada tiap gelas
f. Letakkan bendera di dekat tiap biji kecambah
g. Siram tiap gelas aqua yang telah ditanami kecambah dengan air 10cc
h. Beri tanda pada setiap gelas dengan menggunakan label bertuliskan nomor 1-3
i. Lubangi salah satu kardus di bagian atas dengan cutter sedangkan kardus yang lainnya dibiarkan tertutup
j. Letakkan gelas 1 di atas mangkuk yang berisikan air, lalu letakkan pada kardus yang sudah dilubangi
k. Letakkan gelas 2 di dalam kardus yang tertutup rapat
l. Sedangkan gelas 3 diletakkan di tempat terbuka
m. Taruhlah masing-masing 1 hygrometer di dekat gelas yang telah ditanami kecambah
n. Kecambah siap diamati


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Kecambah
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji.Kecambah dibagi menjadi 3 bagian utama, radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga).Proses pertumbuhan kecambah dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak memerlukan sinar matahari dan dapat dilakukan pada musim apapun.

2.2 Perkecambahan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiriatas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama.
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epigeal dan hipogeal.
a. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
b. Pada perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan plumula keluar dari permukaan tanah disebabkan pertumbuhan epikotil yang memanjang ke arah atas .

2.3 Fisiologi Perkecambahan
Untuk memulai kehidupannya, biji harus berkecambah menjadi tanaman baru. Perkecambahan biji dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula memanjang atau muncul melewati kulit. Perkecambahan biji dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a. Hidrasi atau imbibisi; selama kedua periode tersebut, air masuk ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain.
b. Pembentukan atau pengaktifan enzim yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik.
c. Pemanjangan sel radikula, diikuti munculnya radikula dari kulit biji.
d. Pertumbuhan kecambah selanjutnya adalah pertumbuhan primer.

2.4 Pertumbuhan Primer
Setelah proses perkecambahan, tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Tumbuhan akan membentuk akar, batang, dan daun. Ujung batang dan ujung akar akan tumbuh memanjang karena adanya aktivitas sel-sel meristematis. Proses ini disebut pertumbuhan primer. Sel-sel meristem dapat juga berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang khusus.
Daerah pertumbuhan pada ujung batang dan ujung akar dapat dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
a. Daerah pembelahan terdapat pada ujung akar. Sel-sel meristem di daerah ini akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan struktur akar pertama.
b. Daerah pemanjangan terletak setelah daerah pembelahan. Pada daerah ini, sel-sel mengalami pembesaran dan pemanjangan.
c. Daerah diferensiasi. Daerah yang sel-selnya berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi khusus.

2.5 Pertumbuhan Sekunder
Di antara xilem dan floem terdapat kambium yang selselnya aktif membelah. Pada tumbuhan dikotil, jaringan xilem dan floem primer terdapat pada batang dan akar yang hidup selama periode yang relatif pendek. Kemudian, fungsinya diambil alih oleh jaringan pembuluh sekunder yang dihasilkan oleh kambium yang aktif membelah.
Pertumbuhan kambium ke arah luar membentuk floem sekunder, dan ke arah dalam membentuk xilem sekunder sehingga batang tumbuhan bertambah besar. Aktivitas kambiumyang membentuk xilem dan floem sekunder ini disebut pertumbuhan sekunder. Semua jaringan yang ada di sebelah dalam kambium disebut kayu, sedangkan di sebelah luar kambium disebut kulit atau papagan.
Pembentukan xilem dan floem sekunder pada batang terjadi karena aktivitas kambium yang dipengaruhi oleh musim. Jika kondisi lingkungan kurang menguntungkan, maka aktivitas kambium menjadi rendah sehingga xilem dan floem sekunder yang dihasilkan sedikit. Namun sebaliknya, pada musim hujan, aktivitas kambium ini akan meningkat. Perbedaan aktivitas kambium akan menghasilkan jejak pada batang yang disebut lingkaran tahun.

2.6 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Kecambah
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan.
Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan. Untuk lebih memahami, mari cermati uraian berikut ini.


1. Hormon
Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, seperti pertumbuhan akar, batang, pucuk, dan pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan berbagai faktor lingkungan.
Terdapat lima hormon tumbuhan yang dikenal, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, dan asam absisat (ABA). Mari cermati.

a. Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies.

b. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit. Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur dan tumbuhan tinggi.
Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain:
1. Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.
2. Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio.
3. Perkembangan bunga dan buah.
4. Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
5. Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.

c. Sitokinin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2. Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
3. Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.
4. Menunda penuaan daun.
5. Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah

d. Gas etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah.
e. Asam absisat (ABA)
Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada daundaun dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:
1. Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas.
2. Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis protein simpanan.
3. Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.
2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, antara lain: cahaya, air, mineral, kelembapan, suhu, dan gaya gravitasi.
a. Nutrisi dan Air
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan nutrisi. Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang, antara satu dengan yang lain. Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat-zat organik (C, H, O, dan N) dan garam anorganik (Fe2+. Ca2+, dan lain-lain).
Berdasarkan jumlah kebutuhan tumbuhan, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah besar disebut unsur makro. Contohnya: C, H, O, N, P, K, S, dan asam nukleat. Sedangkan, unsur mikro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Contohnya: Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, dan Mo. Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika salah satu unsur yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsur nitrogen dan fosfor pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan magnesium dan kalsium menyebabkan tanaman mengalami klorosis (daun berwarna pucat).
Pemenuhan kebutuhan unsur tumbuhan diperoleh melalui penyerapan oleh akar dari tanah bersamaan dengan penyerapan air. Air dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis, tekanan turgor sel, mempertahankan suhu tubuh tumbuhan, transportasi, dan medium reaksi enzimatis.
Penemuan zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan manusia mengembangkan suatu cara penanaman tumbuhan dengan memberikan nutrisi yang tepat bagi tumbuhan. Contoh aplikasinya adalah kultur jaringan dan hidroponik. Kultur jaringan membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Media tanam kultur jaringan berupa larutan atau padatan yang kaya nutrisi untuk tumbuh tanaman. Kultur jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan, hidroponik adalah metode penanaman dengan menggunakan airkaya nutrisi sebagai media tanam. Untuk lebih memahami, mari cermati Tabel 1.1 Nutrisi tumbuhan berikut ini.
b. Cahaya
Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zat metabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis, intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadi cahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukan organ-organ tumbuhan.
Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya (fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan kecambah dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh di tempat gelap akan mengalami etiolasi atau kecambah tampak pucat dan lemah karena produksi klorofil terhambat oleh kurangnya cahaya. Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh di tempat terang, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek karena aktifitas hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya cahaya.
1) Fototropisme
Percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada ujung koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi yang teduh daripada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil membelok ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon auksin yang berguna untuk pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari ke sisi terlindung. Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari, dalam hal ini lembar datar daun selalu hampir tegak lurus terhadap matahari sepanjang hari. Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropisme ini terjadi pada famili Malvaceae.
2) Fotoperiodisme
Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 – 20 jam. Respon tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruhi oleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies tertentu biasanya berbunga serempak. Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat menguntungkan, karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukan silang.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari.
b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.
c. Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
d. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.

c. Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan.
d. Suhu udara
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan. Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian, pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies atau varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum ini tumbuhan tidak dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan mati.
e. Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.



BAB 3
ANALISIS


3.1 Tabel Pengamatan
3.1.1 Tabel Laju Pertumbuhan Kecambah
HARI GELAS 1 GELAS 2 GELAS 3
1 0,7cm 0,8 cm 0
2 3,3 cm 3,3 cm 1,5 cm
4 18,2 cm 18,2 cm 16,7 cm
5 31,7 cm 30,2 cm 24 cm
6 36,1 cm 34,5 cm 25,7 cm

3.1.2 Tabel Kecepatan Tumbuh Kecambah

SELISIH HARI KE- GELAS 1 GELAS 2 GELAS 3
0 – 1 0,7 cm 0,8 cm 0
1 – 2 2,6 cm 2,7 cm 1,5 cm
2 – 4 14,9cm 14,8cm 15,2 cm
4 – 5 13,5cm 11,9 cm 7,3 cm
5 - 6 4,4 cm 4,3 cm 1,7 cm

3.1.4 Grafik Kecepatan Tumbuh Kecambah


3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian kami , dengan meletakkan gelas 1 pada kardus tanpa lubang , gelas 2 pada kardus berlubang dengan alas mangkok berisi air dan gelas 3 pada luar kardus dengan intensitas cahaya yang cukup , kami menganalisis bahwa :
a. GELAS 1
- Kelembaban 92 %
- Pertumbuhan paling cepat
- Panjang maksimum 36,1 cm
- Daun berwarna kuning pucat
b. GELAS 2
- Kelembaban 88 %
- Pertumbuhan sedikit lebih lambat dari gelas 1
- Panjang maksimum 34,5 cm
- Daun berwarna kuning
c. GELAS 3
- Kelembaban 78 %
- Pertumbuhan paling lambat
- Panjang maksimum 25,7 cm
- Daun berwarna hijau segar





Gelas 1 diletakkan di dalam kardus rapat tanpa lubang


Gelas 2 diletakkan di dalam kardus rapat berlubang dengan mangkok air di bawahnya




Gelas 3 diletakkan di ruangan terbuka

3.2.1 Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kadar uap air yang berada di udara . Kelembaban udara memengaruhi pemanjangan sel pada kecambah . Kondisi yang lembab menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit yang diuapkan . Kondisi tersebut mendukung aktivitas pemanjangan sel sel . Sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum sehingga ukuran kecambah semakin besar .
Hal tersebut terlihat pada pertumbuhan kecambah di Gelas 1 dan Gelas 2 yang lebih cepat dibandingkan kecambah di gelas 3 . Kelembaban udara di gelas 1 mencapai nilai paling tinggi yaitu 92 % karena berada pada kondisi lingkungan yang rapat sehingga udara di sekitar menjadi lembab serta hanya sedikit air yang diuapkan . Selain itu , laju pertumbuhan paling cepat berada pada gelas 1 . Seperti yang sudah pernah disebutkan , semakin lembab udara , maka pertumbuhan semakin cepat .
Sedangkan pada Gelas 2 , kelembaban mencapai nilai 88 % . Pertumbuhan kecambah pada gelas ini tergolong sedikit lebih lambat dibandingkan pada Gelas 1 . Kondisi gelas 2 berada pada kardus rapat dengan lubang kecil diatasnya . Lubang tersebut memungkinkan terjadinya difusi udara sehingga menyebabkan udara di sekitar kurang lembab . Walau begitu pertumbuhannya tergolong cukup cepat karena gelas tersebut diletakkan di dalam mangkok berisi air sehingga tanah dapat menyerap lebih banyak air.
Berbeda dengan kecambah di gelas 3 , pertumbuhannya tergolong paling lambat. Ruangan yang terbuka memungkinkan banyak oksigen yang berdifusi sehingga air yang diserap oleh tanah semakin sedikit sehingga udara kurang lembab .
Selain kelembaban , faktor eksternal lainnya yang berkaitan satu sama lain yaitu :

3.2.2 Intensitas cahaya
Cahaya mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap tanaman. Pengaruh cahaya secara langsung dapat diamati dengan membandingkan tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan terang. Pada keadaan gelap ( gelas 1 dan 2 ), pertumbuhan tanaman mengalami etiolasi yang ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak berkembang, dan batang tidak kukuh. Sebaliknya, dalam keadaan terang ( gelas 1 ) tumbuhan lebih pendek, batang kukuh, daun berkembang sempurna dan berwarna hijau.

3.2.3 Kadar air yang diperlukam
Air sangat di butuhkan dalam berfotosintesis . Banyak sedikitnya air mempengaruhi kelembaban udara di sekitar lingkungan kecambah . Selain itu kadar air yang sesuai porsinya dapat membantu cepat lambatnya perkecambahan biji . Semakin besar kadar air yang diberikan , semakin banyak air yang diserap oleh tanah sehingga suhu udara menurun dan lingkungan menjadi lembab .

3.2.4 Suhu
Kecambah membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik . Suhu sangat erat kaitannya dengan kelembaban udara . Suhu yang tinggi menandakan bahwa udara di sekitar kurang lembab sedangkan suhu rendah menandakan udara di sekitar ruangan lembab . Suhu rendah menyebabkan sedikit air yang diuapkan begitu pula sebaliknya . Pengukuran suhu ini menjadi dasar kerja pada higrometer .

3.2.5 Cara kerja Higrometer



1. Letakkan higrometer di sebelah tanaman yang akan diukur kelembabannya .
2. Pada bagian kanan yang bertuliskan DRY , amati kenaikan air raksanya , misalnya a0
3. Lalu pada bagian kiri yang bertuliskan WET , amati kenaikan air raksanya , misalnya b0
4. Kurangkan suhu yang didapat dari suhu dry dan suhu wet , a0 – b0
5. Setelah mendapat selisihnya, misalnya c0 , samakan nilainya pada roll yang berada di tengah higrometer lalu samakan posisinya dengan suhu WET .


BAB IV
PENUTUP


1.1 Kesimpulan

a. Lingkungan yang lembab dengan konsentrasi air cukup dan suhu yang rendah mempercepat pertumbuhan kecambah namun apabila diletakkan di ruangan yang gelap tanpa intensitas cahaya mengakibatkan kecambah mengalami etiolasi .
b. Lingkungan yang terlalu lembab tidak baik bagi pertumbuhan kecambah karena pertumbuhan yang baik membutuhkan keseimbangan dari intensitas cahaya , volume air , suhu , media dan kelembaban udara .


Ditulis oleh Ria Kusuma Dewi
Semoga bermanfaat,mohon maaf apabila ada kekurangan, kritik dan saran sangat saya harapkan.

Laporan Penelitian Pengaruh Spektrum Cahaya Nila dan Ungu terhadap Laju Fotosintesis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Aktivitas kehidupan di biosfer pada dasarnya digerakkan oleh tenaga dari cahaya matahari. Secara sepintas memang tidak nampak hubungan cahaya matahari dengan hewan yang dapat berlari dengan cepat. Namun apabila diteliti dengan cermat akan diketahui bahwa tenaga untuk berlari itu berasal dari pemecahan karbohidrat yang terkandung di dalam daun rerumputan yang dimakan oleh hewan tersebut, dan karbohidrat yang dipecah berasal dari suatu reaksi kimia didalam daun yang berlangsung dengan menggunakan energi cahaya matahari. Reaksi pembentukan karbohidrat ini dinamakan fotosintesis.
Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Selain fotosintesis juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kurangnya pengetahuan tentang proses fotosintesis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan tentang fotosintesis ini.

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah intensitas cahaya mempengaruhi fotosintesis?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis selain intensitas cahaya?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi fotosintesis.
1.3.2 Memenuhi tugas biologi tentang fotosintesis.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang laju fotosintesis
1.4.2. Memberikan kontribusi pada masyarakat agar dapat memberikan perlakuan yang tepat terhadap kerja fotosintesis

1.5. Metodologi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat :
1. 2 Gelas Beaker.
2. 2 Tabung reaksi.
3. Gelas ukur.
4. Baskom.
5. Corong.
6. 6 Kawat penggantung.
7. Tali raffia.
Bahan :
1) Ganggang chara / Hydrilla verticillata
2) Air
Cara kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Memotong 10 hydrilla (5 cm) dan kemudian ikat dengan tali rafia, ikat tali rafia berisi 5 hydrilla.
3. Memasukkan hydrilla pada corong kaca
4. Menutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi
5. Memasukkan tiga kawat penyangga ke dalam 1 gelas ukur untuk menjaga keseimbangan dari corong yang telah diisi dengan hydrilla.
6. Memasukkan corong yang berisi hydrilla hydrilla kedalam gelas kimia dengan posisi terbalik, mulut corong berada di bagian bawah.
7. Mengisi gelas kimia tersebut dengan air.
8. Pengisiannya dilakukan di dalam baskom supaya semua bagian gelas kimia, corong dan tabung reaksi berisi air.
9. Untuk kelompok kami, kelompok I meletakkan rangkaian alat dan bahan yang telah disusun tadi di tempat terang dan redup.
10. Amati gelembung-gelembung yang timbul pada tabung reaksi.
11. Mengamati dan mencatat banyaknya gelembung yang muncul lalu memasukkan data ke tabel.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. (Kimball, 2002)
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. (http://id.wikipedia.org/wiki/fotosintesis)
Fotosintesis dikenal sebagai suatu proses sintesis makanan yang dimiliki oleh tumbuhan hijau dan beberapa mikroorganisme fotosintetik. Organisme yang mampu mensintesis makanannya sendiri disebut sebagai organisme autrotof. Autotrof dalam rantai makanan menduduki sebagai produsen. Pada prinsinya komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2 yang berasal dari udara dan H2O yang diserap dari dalam tanah. Selain itu sesuai dengan namanya, foto “cahaya” reaksi ini membutuhkan cahaya matari sebagai energi dalam pembuatan atau sintesis produk (senyawa gula dan oksigen).
Menurut Stone (2004), reaksi fotosintesis dapat diartikan bahwa enam molekul karobondioksida dan enam molekul air bereaksi dengan bantuan energi cahaya matahari untuk dirubah menjadi satu molekul glukosa dan enam molekul oksigen. Glukosa adalah molekul yang dibentuk sebagai hasil dari proses fotosintesis yang di dalamnya tersimpan hasil konversi energi cahaya matahari dalam bentuk ikatan-ikatan kimia penyusun molekul tersebut. Glukosa merupakan senyawa karbon yang nantinya digunakan bersama elemen-elemen lain di dalam sel untuk membentuk senyawa kimia lain yang sangat penting bagi organisme tersebut, seperti DNA, protein, gula dan lemak. Selain itu, organisme dapat memanfaatkan energi kimia yang tersimpan dalam ikatan kimia di antara atom-atom penyusun glukosa sebagai sumber energi dalam proses-proses di dalam tubuh.
Seperti organisme lainnya, tanaman tersusun atas sel-sel sebagai unit dasar penyusun kehidupan tanaman. Sel-sel tanaman mengandung struktur yang disebut kloroplas (Chloroplast) yang merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Kloroplas adalah organel khusus yang dimiliki oleh tanaman, berbentuk oval dan mengandung klorofil (chlorophyll) yang dikenal dengan zat hijau daun. Seluruh bagian tumbuhan yang merupakan struktur berwarna hijau, termasuk batang dan buah memiliki kloroplas dalam setiap sel penyusunnya. Namun secara umum aktifitas fotosintesis terjadi di dalam daun. Michael W. Davidson dalam websetnya menyatakan bahwa kepadatan kloroplas di permukaan daun suatu tanaman rata-rata sekitar satu setengah juta per milimeter persegi.

Fotosintesis memiliki dua macam reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Selama reaksi terang, klorofil bersama dengan pigmen-pigmen lain di dalam kloroplas menyerap energi cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi kimia yang disimpan dalam ikatan kimia penyusun glukosa. Energi yang diserap merupakan energi kaya elektron yang nantinya akan terlibat dalam serangkaian rantai reaksi yang disebut transpot elektron. Menurut Stone (2004), air melalui reaksi terang akan dipecah (fotolisis) menjadi proton, elektron dan O2. Proton dan elektron yang dihasilkan dari pemecahan ini bergabung dengan senyawa aseptor elektron NADP+ (nikotinamide adenosine dinucleotide phosphate) membentuk NADPH. Beberapa proton bergerak melalui membran kloroplas , dan energi yang dibentuk berupa ATP (Adenosine triphospat). NADPH dan ATP adalah komponen yang masuk ke dalam reaksi gelap (siklus Calvin), yang merubah molekul CO2 menjadi molekul gula berantai karobon tiga. energi kimia hasil konversi dari energi cahaya matahari tersimpan dalam senyawa karbon tersebut. 

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).

Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari.(Dwidjoseputro,1986) 

Pada tahun 1860, Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan kedalam alkoholdan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum. (Malcome, 1990)
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Untuk tujuan praktis, satu-satunya sumber molekul bahan bakar yang menjadi tempat begantung seluruh kehidupan adalah fotosintesis. Fotosintesis merupakan salah satu reaksi yang tergolong ke dalam reaksi anabolisme. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan (glukosa) yang berbahan baku karbondioksida dan air.
Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang hijau yang bersifat autotrof. Artinya keduanya mampu menangkap energi matahari untuk menyintesis molekul-molekul organik kaya energi dari precursor organik H2O dan CO2. Sementara itu, hewan dan manusia tergolong heterotrof, yaitu memerlukan suplay senyawa-senyawa organik dari lingkungan (tumbuhan) karena hewan dan manusia tidak dapat menyintesis karbohidrat. Karena itu, hewan dan manusia bergantung pada organisme autotrof. (http://metabolismelink.freehostia.com)

Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastid yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Di dalam kloroplas terdapat klorofil pada protein integral membrane tilakoid. Klorofil dapat dibedakan menjadi klorofil a dan klorofil b. klorofil a merupakan hijau rumput (green grass pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan. Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis. Klorofil b merupakan pigmen hijau-kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau dan beberapa bakteri autotrof.

Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana. Pada tanaman tinggi ada dua macam klorofil, yaitu:
klorofil-a : C55H72O5N4Mg, berwarna hijau tua
klorofil-b : C55H70O6N4Mg, berwarna hijau muda
Rumus bangunnya berupa suatu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), di mana intinya bukan Mg melainkan Fe. Pada klorofil; terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang dapat terlepas menjadi fitol C2H39OH, jika kena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka asam lemak), sedangkan biasanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air). (Dwidjoseputro, 1994:18)
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan klorofil:
Faktor pembawaan.
Pembentukan klorofil dibawakan oleh gen tertentu di dalam kromosom.
Cahaya.
Terlalu banyak sinar berpengaruh buruk kepada klorofil. Larutan yang dihadapkan kepada sinar kuat tampak berkurang hijaunya. Hal ini juag dapat kita lihat pada daun-daun yang terus terkena kena sinar langsung warna mereka menjadi hijau kekuning-kuningan.
Oksigen
€ Karbohidrat.
Dengan tiada pemberian gula, daun-daun tersebut tak mampu menghasilkan klorofil, meskipun faktor-faktor lain cukup.
Nitrogen Magnesium.
Besi yang menjadi bahan pembentuk klorofil merupakan suatu condition sinc qua non (kehausan). Kekurangan akan salah satu dari zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis kepada tumbuhan.
Air.
Air merupakan faktor keharusan pula, kekurangan air mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di musim kering.
Unsur-unsur Mn, Cu, Zn, meskipun hanya di dalam jumlah yang sedikit sekali, membantu pembentukan klorofil. Dengan tiada unsur-unsur itu, tanaman akan mengalami klorosis juga.
Temperatur antara 37o-48oC merupakan suatu kondisi yang baik untuk pembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah antara 26o-30oC.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.

Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil yang berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada ganggang dan bacteria, berwarna coklat, merah dan ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya pigmen lain di samping klorofil, yaitu pigmen pelengkap, seperti karotenoid yang berwarna kuning, merah atau ungu dan fikobilin yang berwarna biru atau merah (Muhammad Wirahadikusumah, 1985: 99)

Pada tahun 1962, Gustav Julius Von Sachs, membuktikan bahwa pada fotosintesis terbentuk karbohidrat amilum. Adanya amilum dapat dibuktikan dengan pengujian dengan yodium, amilum dengan yodium memberikan warna hitam. Amilum hanya terdapat pada bagian daun yang hijau dan terkena sinar.
Pada percobaaan Sachs, A daun yang sebagian tertutup x, terkena sinar sepanjang hari. B daun tersebut setelah dipetik, direbus, direndam dalam alcohol untuk melarutkan klorofilnya dan setelah itu dicelup dalam larutan yodium. Bagian yang tertutup tampak putih (berarti tanpa amilum), sedang daerah sekitarnya berwarna hitam yang menunjukkan adanya amilum.

Jan Ingenhousz merupakan orang yang pertama kali melakukan penelitian tentang fotosintesis adalah Jan Ingenhousz (1730-1799). Ingenhousz memasukkan tumbuhan air Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang diisi air. Bejana gelas itu ditutup denagn corong terbalik dan diatasnya di beri tabung reaksi yang diisi air hingga penuh. Bejana itu diletakkan di terik matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air tersebut. Gelembung udara tersebut menandakan adanya gas. Setelah diuji ternyata adalah oksigen. Ingenhousz menyimpulkan fotosintesis menghasilkan oksigen. (id.yahoo.answers.org)
Fotosintesis terjadi hanya di bagian hijau tanaman. Untuk efisiensi fotosintesis harus daun tipis dan memiliki luas permukaan besar. Ini membantu dalam penyerapan cahaya dan difusi gas, dan sarana untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan melalui stomata dan epidermis. Jumlah besar kloroplas dalam sel-sel mesofil palisade menyediakan jaringan fotosintetik utama. Ruang antara spons berbentuk tidak teratur di dalam sel-sel mesofil daun izin difusi gas gratis. Turgor sel penjaga berubah menjadi gas mengizinkan pertukaran dengan atmosfer. Kutikula pada berlapis tunggal transparan epidermis atas dan bawah melindungi daun dari pengeringan dan infeksi.



BAB III
HASIL PENGAMATAN

Hasil Penelitian
Dalam penelitian kali ini kita dapat memperoleh hasil penelitian keseluruhan kelompok dalam table berikut ini:
Kelompok Perlakuan Waktu
(menit) Suhu awal Suhu akhir O2 yang dihasilkan Kecepatan(ml/menit)
1 1) Pada tempat terang
2) Pada tempat redup
110 1) 30◦C

2) 28◦C 1) 34◦C

2) 28◦C 1) 11ml

2) 0 ml 1) 0,1

2) -
2 1) Ditambahkan air panas
2) Ditamabahkan es 1) 88

2)101 1) 40◦C

18◦C menjadi 27◦C 1) 27◦C

2) 27◦C 1) 0

2) 1ml 1) -

2) 0,009
3 1)Ditambahkan NaHCO3¬
2)Plastik merah 80 1) 30◦C 1) 34◦C

2) 4ml 1) 7ml

2) 4ml 1) 0,09

2) 0,05
4 1) Plastik kuning
2) Plastik jingga 130 1)20,5ml
2) 9,5 ml 1)20,5m
2)9,5 ml 1) 0,15
2) 0,07
5 1) Plastik Biru
2) Plastik Hijau 100 1) 2,3 ml
2) 1,1 ml 1) 2,3ml
2) 1,1ml 1) 0,023
2) 0,01
6 1) Plastik Nila
2) Plastik ungu 120
120 1) 1ml
2) 6ml 1) 1ml
2) 6ml 1) 0,008
2) 0,05`


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan jika dibandingkan antara alga yang ada di tempat terang, gelap, ditutup plastik ungu maupun ditutup plastik nila, semua tabung memunculkan gelembung saat proses terjadi. Hal ini menunjukkan adanya oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis. Gas ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan oleh cahaya matahari menjadi gas oksigen yang akan muncul berupa gelembung-gelembung dengan persamaan reaksi :
cahaya matahari
2H2O ----------> 4H+ + O2

Banyaknya gelembung yg muncul menunjukkan banyaknya volume oksigen yang dihasilkan. Pada alga yang ada di tempat terang memunculkan gelembung yang lebih banyak yg berarti menghasilkan volume oksigen paling banyak pula dibandingkan yg lain.
Hal ini karena banyak sinar matahari secara langsung yg mengenai alga tanpa pembatas apapun. Cahaya matahari digunakan sebagai sumber energi dalam fotosintesis khususnya dalam fotolisis sehingga semakin banyak cahaya yg masuk maka semakin banyak air yg dipecah dan semakin banyak pula gas oksigen yg dihasilkan. Kemudian diikuti oleh alga yg ditutup plastik ungu dan kemudian nila dan yg paling sedikit adalah pada tempat yang gelap.

Alga yg ditutup dgn plastik ungu mempunyai volume oksigen lebih besar daripada yg ditutup nila karena perbedaan warna tsb mempengaruhi pula warna cahaya yg masuk. Cahaya berwarna ungu mempunyai panjang gelombang yg lebih pendek (<400 nm) daripada cahaya berwarna nila sehingga cepat mempengaruhi laju fotosisntesis dan dapat menimbulkan banyak gelembung gas daripada gelembung pada alga yg ditutup plastik warna nila. Dan yang paling sedikit menghasilkan oksigen adalah pada alga yg ditempatkan di tempat yg gelap. Hal ini karena tidak ada cahaya / hanya sedikit cahaya yg dapat ditangkap oleh klorofil sehingga semakin sedikit air yang dipecah atau diurai dan semakin sedikit pula gas oksigen yang dihasilkan.  Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).  Sinar dengan gelombang lebih pendek disebut ultraviolet (UV) yang mempunyai panjang 300-350 nm, sedangkan gelombang yg lebih panjang disebut inframerah dengan panjang 700-750 nm.  Cahaya tampak terbagi atas merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu . Cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet/ungu (< 400 nm).  Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.  Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Gelombang cahaya yg pendek < 400 nm (ungu) akan cepat terserap oleh pigmen klorofil untuk melakukan fotosintesis maka otomatis kerja sistem pada reaksi terang (membutuhkan cahaya) akan maksimum dan menghasilkan glukosa yang lebih dari cukup dan melepaskan udara (oksigen) yang lebih dari cukup pula. 

PEMBAHASAN LEBIH LANJUT 

Fotosintesis adalah suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi matahari yang dapat dimanfaatkan oleh kloropil yang terdapat dalam kloroplas. Fotosintesis selain memerlukan cahaya matahari sebagai bahan bakar juga memerlukan karbondioksida dan air sebagai bahan anorganik yang akan diproses. Pada percobaan kali ini dapat kita lihat bahwa muncul gelembung pada tabung. Hal ini menunjukkan adanya oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis. Gas ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan oleh cahaya matahari menjadi gas oksigen yang akan muncul berupa gelembung-gelembung dengan perberbedaan reaksi 2H2O cahaya matahari 2H2+ + O2 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa : a). Perlakuan pada hydrilla yang ditutupi plastik warna jingga Panjang gelombang pada spektrum cahaya jingga panjang yaitu antara 650-700nm dan energi yang dimiliki lebih tinggi dari pada cahaya kuing. Selain itu, daya serap klorofil terhadap spektrum cahaya jingga juga lebih baik. Sehingga energi yang terkumpul cukup besar. Karena persediaan energi yang dimiliki lebih banyak, proses fotosintesispun berlangsung cepat.produk hasil fotosintesis yang dihasilkan lebih banyak karena enzim yang melakukan reaksi kimia bekerja optimal. Akibatnya gelembung dalam air yang dihasilkan lebih banyak daripada yang berwarna kunimg. b). Perlakuan pada hydrilla yang ditutupi plastik warna kuning Panjang gelombang pada spektrum cahaya kuning yaitu antara 600-650 nm. Walaupun panjang gelombang cahaya pada ungu dan nilamempunyai selisih yang sedikit, akan tetapi klorofil kurang bertoleransi terhadap warna kuning terutama klorifil b dan karatenoid yang akan memantulkan cahaya kuning. Pada akhirnya proses fotosintesis berlangsung lambat, produk hasil fotosintesis sedikit, Akibatnya, gelembung yang dihasilkan dalam air sedikit c) Perlakuan Hydrilla yang ditambah dengan air panas tidak menghasilkan O2 dan hydrilla yang ditambah dengan air dingin menghasilkan lebih sedikit O2 jika dibandingkan dengan tempat terang. Dalam hal ini terjadi kesalahan eksperimen, karena seharusnya pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah (0o) hydrilla tidak menghasilkan O2 . Hal ini disebabkan karena pada suhu terlalu tinggi enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis kan rusak, sehingga fotosintesis tidak berlangsung. Dan pada suhu yang terlalu rendah enzim ang berperan dalam proses fotosintesis akan menon- aktifkan diri,sehingga fotosisntesis jauga tidak berlangsung. Apabila tidak terjadi fotosintesis maka tidak mungkin dihasilkan O2 . Kesalahan eksperimen btejadi karena pemberina es yang kurang kontinu dan tepat,sehingga suhunya tidak terlalu rendah dan memungkinkan enzim untuk meaktifkan diri. d) Perlakuan Hydrilla yang ditambah dengan NaHCO3 menghasilkan O2. Namun, masih lebih kecil jika dibandingkan dengan ditempat terang. Fungsi NaHCO3 adalah untuk menambahkan CO2 sebagai salah senyawa yang dibutuhkan pada proses fotosintesis. Berikut ini reaksi pada 

NaHCO3: NaHCO3 + H2O -------->Na+ + HCO3- + H+ + OH-

e) Perlakuan Hydrilla dengan menutupnya menggunakan plastik Mejikuhibiniu mengashilkan bahwa fotosintesis paling cepat terjadi pada plastik kuning,plastik jingga, plastik merah, plastik biru, plastik ungu, plastik hijau dan nila. Hasil ini tidak sesuai dengan referensi dan percobaan – percobaan yang dilakukan sebelum kami. Ketidak sesuaian hasil dikarenakan panjang hydirlla yang berbeda, masa yang berbeda, volume air yang berbeda, jumlah cahaya yang berbeda, dan keadaan hydrilla yang berbeda ( layu/segar).
Urutan hasil yang sesuai standar adalah plastik merah, plastik biru, plastik jingga, plastik kuning, ungu, hijau, dan nila. Karena daun pada hidyrilla berwarna hijau maka klorofil akan menyerap cahaya warna merah dan biru dan memntulkan cahaya hijau. Sehingga apabila semakin banyak cahaya merah atau biru yang diperoleh hydrilla maka semakin ceapt proses fotosintesisnya sehingga menghasilkan O2 yang banyak pula.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
€ Fotosintesis membebaskan O2 berupa gelembung-gelembung udara pada saat terang.
€ Fotosisntesis memerlukan cahaya
€ Semakin banyak CO2 maka semakin banyak pula gelembung yang dihasilkan
€ Warna yang paling banyk diserap adalah warna merah dan biru
€ Proses penerapan warna tidak bergantung pada panjang gelombang mealinkan pada warna daun itu sendiri.
€ Banyaknya gelembung yang dihasilkan dipengaruhi oleh warna cahaya.
€ Warna yang memiliki panjang gelombang pendek {ungu} sangat cepat mempengaruhi laju fotosintesis sehingga menghasilkan banyak gelembung gas daripada warna cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih besar {nila}.
€ Gelembung gelembung udara yang dihasilkan membuktikan adanya oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis.
4.2 Saran
Sebaiknya ketika melakuakan praktikum harus sesuai denagn standar dan ketentuannya sehingga dapat memperoleh hasil yang akurat.



DAFTAR PUSTAKA

• Airlangga. 2010. Technology for a better life. Jurnal Penelitian Online, Jilid 1, No.1.
• Pratiwi, D.A. 2007. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga .
• Riandari, Hendri. 2009. Theory and Application of Biology. Solo: Evo Bilingual.
• Sudjadi, Bagod, dan Laila. 2006. Biologi Sains Dalam Kehidupan 3A. Surabaya: Yudhistira.
• Syamsuri, Istamar dkk. 2004. Biologi Untuk SMA Kelas XII. Malang: Erlangga.
• http://situsbiologiindonesia.blogspot.com/2009/08/fotosintesis.html

Disusun Oleh :
1. Aditya Putra R. 02
2. Amalia Fatmasari 04
3. Astrid Swandira B. 06
4. Busyrol Anaam G. 09
5. Ria Kusuma Dewi 23

Kelas XII IPA 1

SMA Negeri 1 Tegal

Lampiran