KELOMPOK 3 , XI A 1
Tema : Cita – cita
Tokoh :
1. Amirur Rozak ( 02 ) sebagai Bapak
2. Ganang Azhar G. ( 10) sebagai Kakek dan Guntur
3. Monika Sani T. ( 15 ) sebagai Sekar dan Narator
4. Ratna Murpratiwi (22 ) sebagai Hanum dan Narator
5. Ria Kusuma Dewi ( 24 ) sebagai Ibu 1 , Ibu 2 , dan Narator
6. Rizky Marudur S. ( 27 ) sebagai Lestari
POWER AKSELERASI MIMPI
ADEGAN 1
(suasana pagi hari )
Ibu : “ hari yang cerah ya pak” (menyediakan kopi dan duduk)
Bapak : “Iya, Bu. Tetapi, melihat sikap anak kita berubah drastis . Entah apalagi yang akan dituntut oleh anak tunggal kita itu.” (meraih kopi dan menikmatinya dengan mimik serius)
Ibu : “ Nah, itu dia pak. Ibu juga mikir gitu. Walaupun bagaimana Lestari adalah anak kita sattu-satunya , dialah tumpuan harapan kita kelak , apalagi sekarang dia sudah menginjak dewasa . ” (mendekati Bapak dan berusaha menenangkan dengan mengelus punggung Bapak)
( Lestari masuk dengan tiba-tiba )
Lestari : “Ah ! Lestari sudah capek hidup miskin. Lestari bosan, Pak . BOSAN !!”
Bapak : (berdiri) “Bicara apa kamu ini ? Mengapa kamu tak pernah bersyukur tentang semua hal yang sudah kamu dapat ?”
Lestari : “Untuk apa aku bersyukur dan puas, jika aku bisa meraih yang lebih tinggi. Bukankah Bapak sendiri yang mengatakan ‘Raihlah mimpi setinggi mungkin’ , kemanakah kalimat itu sekarang?”
Bapak : “takkan ada kata dukungan untuk jiwa serakah sepertimu. Mengapa kamu tak pernah berhenti tuk meraih kedudukan itu anakku. Berhentilah, itu semua tak seindah yang kau bayangkan.”
Lestari : “TIDAK, Lestari tidak akan seperti Bapak, melepaskan kedudukan dan nama bangsawan dengan alasan yang bodoh.”
Ibu : “Lestari, sayang.. Bersikaplah sopan pada Bapakmu, Apalah arti sebuah kedudukan anakku?”
Lestari : “Itu SANGAT BERARTI, zaman sekarang mana ada orang mau menghormati dan segan kalau orang itu tidak mempunyai harta dan kedudukan. Maaf, bu .. Lestari harus pergi, Lestari harus kejar mimpi Lestari. Bapak dan Ibu tak perlu khawatir, Lestari akan baik-baik saja. Selamat tinggal ..” (pergi meninggalkan Bapak dan Ibunya)
Ibu : “LESTARI… tunggu !” (berusaha mengejar)
Bapak : “Sudahlah, biarkan saja bu. Ini semua salahku, (membuka sebuah kotak kuno dan mengambilnya) aku ceroboh meletakkan benda ini. Didalam kotak ini berisi surat kuasa atas kedudukan yang slama ini kutinggalkan. Ahh, mengapa dia begitu menginginkannya?” (kembali duduk dengan lesu)
Ibu : “sabar toh, Pak. Biarkan situasi ini mendewasakan dirinya. Ibu yakin Lestari pasti mengejar mimpinya . Kita sebagai orang tua hanya bisa berdoa mudah-mudahan anak kita tidak menyalahgunakan harata dan kedudukan itu . Ada pepatah kan pak bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya . Untuk itu kita tak perlu khawatir .”
ADEGAN 2
(alunan musik jawa) Sejenak mereka mengingat peristiwa masa lalu. Peristiwa yang mengubah garis hidup Pak Amir yang dulu kerap kali disanjung kepiawaiannya dan akrab dipanggil Raden Mas Amirur Rozak Joyodiningrat.
(diiringi musik Jawa)
Kakek : “Amirur, sadarkah kamu tentang segala yang kamu perbuat ? Permintaan hidup diluar Kraton, kami luluskan. Namun, hal ini sulit kami terima. Kau ini keturunan ningrat, keturunan bangsawan, mana mungkin kamu menikah dengannya yang bukan keturunan bangsawan.”
Bapak : “Mengapa selalu ada kasta ? Bukankah dia juga manusia yang sama seperti kita, Rama? Mengapa harus ada perjodohan ? Aku hanya inginkan Laksmi.”
Kakek : “Tidak, Hanya Roro Ayu Dewi Ambarwati Kusumaningtyas dari kraton Surakartalah yang pantas bersanding denganmu. Ya, karena dia satu kasta dengan kita dan itu sudah adat istiadat kraton kita.”
Bapak : “Baiklah, lebih baik kulepaskan saja nama bangsawanku darpada nama kraton tercoreng karena ulahku. (musik sedih mengalun) Kula nyuwun pangapuntenipun, Romo” (sambil bersujud)
Sultan Azhar Guntara hanya terdiam, tak bisa menghalangi kepergian anaknya. Hatinya bimbang antara mempertahankan adat istiadat kraton dan kebahagiaan anaknya.
ADEGAN 3
Salah satu power akselerasi yang membuat hidup Lestari bergairah adalah cita-cita. Cita-cita tentang harta dan kedudukan yang akan diraihnya jika ia memperlihatkan surat kuasa atas kraton tempat ayahnya menghabiskan sebagian hidupnya.
Lestari : (berbicara dalam hati) “ Aku ingin mendaki puncak tantangan , menerjang batu granit kesulitan , menggoda marabahaya , dan memecahkan masalah dengan perjuangan . Aku ingin menghirup berupa rupa kebahagiaan dalam singgasana itu . Tapi bagaimana aku kesana ? Aku tak punya cukup biaya .”
Ibu 2 : “ Hai kamu ! Masih muda sudah malas-malasan,mau jadi apa negara ini jika semua anak muda sepertimu . Apalagi Indonesia sedang mengalami krisis multidimensional seperti ini . Angkat ini ! “
Lestari : Angkat ?
Ibu 2 : Iya angkat... Cepatlah ! Tunggu apalagi ?!
Lestari : (mengangkat semua benda yang disuruh ibu tadi )”Sudah bu...” ( berjalan pergi )
Ibu 2 : “ Hai anak muda , mau kemana ? Ini upahmu... “
Lestari : “Hmmmm.....Makasih bu...”
Ibu2 : “ya ya ya”( sambil tersenyum)
Lestari : “tunggu, bu. Maaf, apakah ada lagi pekerjaan yang bisa kulakukan untuk bisa mendapatkan uang?”
Ibu 2 : “Ya tentu…Ikutlah denganku...”
ADEGAN 4
( oleh narator )
Semangat yang tinggi mengiringi langkah Lestari, setiap pekerjaan ia lakukan dengan sebaik mungkin demi mendapat upah untuk perjalanannya menuju kraton, dari tukang sapu, semir, hingga penjual kue. Tiba-tiba..
Lestari : (bertrabakan dengan Hanum) “Maaf, maaf mba. Saya tak sengaja.”
Hanum : iyah, iyah tidak apa-apa. Lanjutkanlah kembali pekerjaanmu.” (tersenyum, dan pergi. Tetapi, terhenti karena menemukan kertas) “Tunggu, apa ini milikmu? “
Lestari : “Terimakasih, ini sangat berharga untukku. Untuk semua mimpi dan khayalku tentang kebahagiaan.”
Hanum : “Gadis pemimpi yang sangat bersemangat. Raihlah mimpimu setinggi mungkin.” (tersenyum dan pergi)
Selama enam bulan, ia menekuni pekerjaan serabutan itu, karena cita-citanya ingin mencari kebahagiaan dalam singgasana kraton harus terwujud.
ADEGAN 5
Lestari : “Nuwun sewu, Sultan Azhar Guntara ada di kraton mba ?”
Sekar : “Ada perlu apa kamu menemui kakek saya ?”
Lestari : “Saya ingin bertemu beliau.”
Sekar : “Heh,lancang sekali kamu. Tidak sembarang orang dapat menemui kakekku. Memangnya kamu siapa ?”
Lestari : “Aku ini…cucunya”
Sekar : “Apa ?! Cucu ? kok bisa ? Kenapa aku gak tau yah ? Padahal kan aku slalu cari tau berita atau gosip teruptodate di kraton ini. OMG, posisiku terancam nih ! Please deh, emang kamu anak siapa ? Mang Ujang atau Mbok Iyem ? Kok bisa-bisanya ngomong gitu ? Heran deh.. Eit tunggu dulu, mereka kan gag ada jabatan di kraton ini, berarti bukan dong... truz..”
Lestari : “Ehem, maaf mba. Tapi..”
Sekar : “Apa buktinya?!”
Lestari : “ini,” (sambil menunjukkan surat milik Bapaknya)
Sekar : “SINI!” (merebut dengan paksa) “Akan kutunjukkan pada Kakekku ! Jangan kemana-mana tetap disini kalau kau ingin menemui kakekmu, EH, kakekku .”
Lestari : “Bbbbaik”
ADEGAN 6
Didalam Istana, Sekar tak memberikan surat dari Lestari untuk kakeknya. Dia menyembunyikan surat itu karena ia tahu bahwa kakeknya sangat sayang kepada anak pertamanya yakni bapak Lestari.
Sekar : “Hahaaha, Dasar gembel. Bermimpi ingin menjadi orang berkedudukan tinggi ? Hah, tidak segampang itu. Memangnya seperti orang di atas sana yang dengan gampangnya menyelesaikan masalah dengan kongkalikong.
Hanum : ”mbak yu, ada apa? kok kamu tertawa sendiri?’’
Sekar : ”Apa urusanmu?sirik aja!” ( berjalan pergi meninggalkan hanum )
Hanum : (dalam hati ) “Sepertinya aku pernah melihat surat itu?”
Hanum : “Mbak yu, Apa itu? Bolehkah aku melihatnya sebentar?”
Sekar : “Ini ?! Tentu saja TIDAK BOLEH. “ ( pergi meninggalkan hanum )
Hanum : “Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Mba Sekar? Aku harus cari tau, ya HARUS”
ADEGAN 7
Setelah dua hari , Sekar tak kunjung datang menemui Lestari yang setia menunggu didepan Kraton. Di saat yang bersamaan, Hanum yang merasa kesal atas sikap Sekar yang selalu menuduh ingin mengambil surat Lestari keluar dari Kraton untuk sejenak mencari ketenangan. Tiba-tiba dia bertemu Lestari di luar Kraton. Melalui sikapnya yang ramah dia pun mengajaknya ke Kraton tanpa sepengetahuan Sekar. Dia pun iba dan membantu Lestari untuk mengambil surat kuasa ayahnya dari Sekar dan bertemu Kakeknya, Sultan Azhar Guntara.
Kakek : “Apakah benar kamu putri dari anak pertamaku, Raden amirur Rozak joyodiningrat?”
Lestari : “Benar, kek”
Sekar : “ Hei, beraninya kau memanggil Kakek ! Punya derajat apa kau disini?!”
Hanum : “Sudahlah mba yu, dia memang cucu pertama kakek. Dan sebenarnya mba juga tahu hal itu kan?”
Sekar : “tutup mulutmu!”
Kakek : “Sudahlah, berhentilah kalian bertengkar. Lestari memang benar kau cucuku, dan aku pun sudah lama tau akan hal itu sebab Ayahmu telah kuusir dari Kraton ini namun dia tak kuusir dari hati Kakek. Kakek selalu mengamati kehidupannya terutama kamu, Lestari. Namun, permintaanmu untuk menggantikan kedudukan Kakek, tidak bisa kami kabulkan karena kamu perempuan dan Ayahmu sudah lama meninggalkan ini. Kecuali satu hal”
Lestari : “Apa itu, Kek?”
Kakek : “Kecuali kamu mampu menunjukkan sikap kepemimpinan dan kemampuanmu sebagai penerusku,cucuku.”
Sekar : “Kakek! Sekar gak terima hal ini. TIDAK!” (pergi)
Hanum : “Tenang, Lestari. Aku yakin kamu pasti bisa. Percayalah pada kemampuanmu, Lestari.”
Lestari : “Terimakasih, Hanum.”
ADEGAN 8
Dan sejak hari itu Lestari terus menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan persengketaan dan pemberontakan di berbagai daerah. Lestari yang memiliki ‘Leadership from the inside out’ menghantarkan ke pintu keberhasilan untuk mencapai mimpinya akan kebahagiaan dalam singgasana. Meskipun batu granit kesulitan menghantamnya semangatnya tak pernah pupus. Sampai suatu hari ia mulai tahu bahwa Sekar adalah dalang dari setiap pemberontakan yang terjadi.
Kakek :”Lestari,prestasi yang kau tunjukkan slama ini telah meyakinkanku bahwa kedudukan ini memeang pantas diberikan untukmu meskipun sebenarnya dalang dari semua keonaran adalah Sekar.”
Lestari :”Benarkah itu semua ulah Sekar?”
Kakek :”Ya cucuku trimalah jabatan ini dan aku harap kepercayaanku padamu tidak kau salah artikan. (memberikan surat pengangkatan jabatan)”
Lestari :”Trima kasih kakek .Aku akan menjaga Kraton ini sepenuh hatiku.”
ADEGAN 9
Kerajaan yang dipimpin oleh Lestari mengalami kemajuan yang pesat dan mencapai puncak kejayaan. Meskipun Kraton itu aman tentram dan sejahtera, suasana hatinya tak menentu. Lestari merasa kebahagiaannya tak seperti yang dimpikannya. Keseganan dan penghormatan yang ia dapat tak membuat hatinya bahagia. Terkadang ia menyamar menjadi rakyat jelata untuk mengetahui keadaan masyarakatnya dan mencari tentang cita dan angan akan kebahagiaan yang sebenarnya ia cari slama ini. Suatu ketika dalam penyamarannya..
Guntur : “Nuwun sewu mba, sepertinya hati mba terlihat gundah gulana. Ada apakah gerangan ?
Lestari : “Ya,seperti yang kau lihat. Hatiku gundah padahal titik kesuksesan tlah kuraih. Tetapi slalu saja ada yang kurang.”
Guntur : “mmh, memangnya apa arti sukses itu menurutmu?”
Lestari : “kesuksesan? yah kesuksesan itu adalah jika mimpi dan cita-cita kita dapat diraih.”
Guntur : “cita-cita? Sesungguhnya apakah cita-citamu?”
Lestari : “cita-citaku? Sesungguhnya aku hanya inginkan kebahagiaan, seperti manusia pada umumnya. Yah, hanya itu. Tetapi hal itu ...ah, entah dimana sesungguhnya kebahagiaan itu.”
Guntur : “Apakah mba sudah memperhitungkan apa saja yang ada dalam kebahagiaan itu? Karena sesungguhnya tak semua yang dapat dihitung , diperhitungkan..dan semua yang diperhitungkan dapat dihitung.”
Lestari : “Memperhitungkan kebahagiaan? Ah, ya mungkin taktik itu yang kurang. Yah, itu!” (kembali tersenyum)
…………….
‘witing tresno jalaran saka kulino’ itulah yang terjadi antara Guntur dan Lestari. Setiap hari petuah Guntur menambah imajinasi Lestari tentang kebahagiaan yang sesungguhnya, cita-cita yang selama ini ingin ia raih. Lestari akhirnya memberikan kekuasaannya pada Hanum yang selama ini setia padanya. Akhirnya ia menjadi seorang guru dan perhitungannya tentang kebahagiaan adalah membagi kasih terhadap sesama yaitu terhadap anak-anak yang diajarnya dan terutama Guntur,orang yang dicintainya. Cita-cita yang selama ini ia cari tentang kebahagian akhirnya terpenuhi dan ia sadar bahwa kebahagiaan itu tidak dinilai dari harta , kedudukan maupun jabatan . Tetapi , kebahagiaan itu adalah ketika kita merasa nyaman , aman , dan tentram baik fisik maupun bathin. Inilah sebuah kisah tentang seseorang yang berjuang dengan semangat meraih cita-citanya akan kebahagiaan hidup .
” Bermimpilah teman karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu dan bangkitkanlah power akselerasi dalam dirimu untuk mengejar cita-citamu “
( TAMAT )