Friday, November 16, 2012

Nikmat Terindah

          Menyelami kehidupan tak semudah meminum air di lautan. Kehidupan ini begitu keras. Jika tak keras, bukan tantangan bukan? Yakinlah bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Kerasnya kehidupan tak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam diri sendiri. Kemalasan adalah faktor utama. Melawan rasa malas tidaklah mudah, ingin sekali rasanya membuang semua rasa malas itu, tetapi entah mengapa ia selalu menghampiri.

         Berbicara soal waktu, begitu banyak waktu yang terbuang untuk hal-hal yang sia-sia dalam hidup ini, baru saja aku membaca bahwa waktu di bumi Gaza sangatlah berharga, emas bagi mereka adalah waktu, karena ia lah segala-galanya. Bayangkan saja, bom roket tentara Israel bisa saja meledak sewaktu-waktu. Ketidaktenangan dan ketakutan selalu menghantui, bisa selamat saja dan diberi kesempatan hidup lebih lama sudah sangat bersyukur. Mereka tak lagi bermimpi untuk menjadi seorang engineer, dokter, ekonom, atau apapun, meski tak dapat dipungkiri mimpi itu ADA! Tapi apa daya, kesempatan tak lagi berpihak pada mereka. Hanya satu keinginan, hanya satu mimpi, yaitu KEBEBASAN. Bukan keinginan mereka menjadi negara yang terjajah oleh kaum Yahudi,  bukan keinginan mereka untuk tidur di tenda-tenda pengungsian, bukan keinginan mereka pula untuk berhenti sampai di penghujung mimpi yang tak akan pernah tergapai. Ya semua itu bukanlah keinginan mereka. 

       Tahukah teman-teman, betapa irinya mereka melihat kita yang bebas dari genjatan senjata, aman, dan tentram? Betapa makmurnya kita berada di negeri yang hijau ini, dan betapa beruntungnya kita hidup di tanah yang subur ini. Ya betapa irinya mereka dan betapa beruntungnya kita. Lagi-lagi semua itu bukanlah keinginan kita dan juga bukan keinginan mereka. Berikut kutipan "Surat dari Gaza untuk Umat Muslim Indonesia"

"jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian yah?"

         Sungguh ironis, saudara muslim kita di belahan bumi Gaza harus menerima kenyataan pahit seperti itu. Setiap jam, menit, dan detik, mereka abdikan untuk berjihad memperjuangkan hak mereka bernama KEMERDEKAAN. Aku sangat kagum dengan mereka, walau Allah memberikan ujian bertubi-tubi, tetapi mereka masih tetap saja mengagungkan namaNya, menyebut namaNya di setiap sela detik-detik hidup, dan tak berpaling dariNya. Sedangkan kita? Baru saja diberi sedikit ujian, sudah mengeluh. Ah capek, tidak sanggup lagi, ingin lari dari semua ini, dan lain sebagainya. Ya itulah kita. Kita masih belum bisa mengerti arti dari rasa bersyukur, masih saja melihat, menengok, dan fokus pada posisi atas, tanpa pernah melihat posisi di bawah kita. Tugas kuliah, kuis, peer seakan menjadi beban yang sangat berat. Kita tak pernah melihat orang-orang di sekeliling kita yang jauh lebih kurang dibandingkan kita, bayangkan saja demi sesuap nasi, apa yang harus mereka lakukan? Sedangkan kita yang setiap hari selalu tersedia nasi dan lauk yang beraneka ragam, masih saja tak mampu bersyukur.

        Semua memang akan indah pada waktunya. Namun, tidakkah kita merasa prihatin melihat fakta ini? Apa yang sudah kita lakukan untuk mereka? Tak perlu bertanya sampai sejauh itu, cukuplah bertanya, apa yang sudah kita lakukan mengupgrade diri sendiri? Lalu, nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?

Semoga bermanfaat.

16 November 2012
at kosan


No comments:

Post a Comment