Wednesday, November 21, 2012

PELANGI

Tetes-tetes air langit  menuruni pegunungan, lembah, hingga kemudian mengalir menuju sungai-sungai kapuas meneteskan sebuah embun kisah bernama melodi lagu kehidupan. Cakrawala memerah menenggelamkan berkas-berkas sinar mentari, mendispersikan cahaya putih hingga terbentuk wajah nan elok bernama pelangi. 

Pelangi. Awan-awan penghalang pun tak mampu mengusik keberadaannya, itulah mengapa ia nampak begitu indah, menyentuh resistor hati, memantulkan luapan senyuman di setiap mata orang memandang.

Pelangi meneteskan angin kesejukkan, memijarkan binar-binar wajah makhluk Tuhan, Sang khalifah bumi. 

Pelangi tak ubahnya terang setelah gelap, kehangatan setelah kepedihan, petunjuk setelah ujian, dan kemudahan setelah kesulitan.

Pelangi memberikan nafas seolah secercah harapan terselip dibalik keputusasaan. Nafas kehidupan yang membangkitkan energi setiap makhluk untuk meninggalkan comfort zone. Mengubah kelembaman seseorang menjadi kinetik cita tuk meraih asa.

Siapapun yang letih, lelah, dan ingin lari dari kehidupan dapat saja sejenak terlaminerkan oleh pelangi. Distribusi sinarnya memancarkan arti sebuah perjuangan, membuat siapapun tak lagi berdiri pada titik steady state, tak lagi terpana oleh gemerlapnya mimpi laten, tak lagi tersubstitusikan oleh sedikit saja gaya destruktif hingga membuatnya tereksitasi dari orbitnya. Pelangi lah yang mengeliminasi semua material korosif, mengubah patahan-patahan semangat, kemudian menyambungnya menjadi satu kesatuan nan utuh. Ialah  semangat yang tak akan pernah pudar.

Namun, pelangi tak akan pernah lahir tanpa kehadiran hujan dan mentari. Hujan selalu datang menghampiri, terkadang ia datang tak diundang dan pulang tak lagi pula diantar. Ia laksana sebuah dentum bom roket yang membahana di angkasa luas, menghujani kepedihan, memilukan hati hingga air mutiara ini meluap, membanjiri, dan merusak seuntai senyum yang dahulu pernah terukir. Ia adalah sebuah kegagalan yang tak satupun manusia menginginkannya. 

Bukankah setelah hujan, mentari kan muncul kembali dari bilik awan? Memberikan sebuah harapan dan arti sebuah kegagalan. Vitamin D Sang Surya rupanya mampu mengimunisasi tubuh yang dahulu rapuh dan terjatuh dalam hujan. Tak hanya itu, sinarnya memberikan keteduhan, menggelorakan jiwa ketangguhan, dan tentunya menghangatkan suhu keresahan setelah tersentuh oleh dinginnya hujan. Mentari layaknya sebuah kesuksesan, ialah sang penerang dari masa kegelapan. Pengubah masa Jahilliyah. Sebuah puncak pencapaian mimpi. Titik akhir titrasi dari percobaan  kehidupan tuk menghasilkan merkuri kesuksesan.

Karenaaaa .....
Bila kegagalan adalah hujan dan kesuksesan adalah matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi.

Rabu, 21 November 2012
RKD ~

No comments:

Post a Comment