Desember 2011. Suatu hari yang cukup mengesankan. Kala itu diawali dengan sebuah kabar
gembira yang datang dari dosen kalkulusku. Ya beliau tidak dapat mengajar
dikarenakan sakit. Bukan karena aku senang melihat dosenku sakit justru jauh di
lubuk hati yang terdalam (*cielahhhh ) aku merasa cukup bersedih. Bagaimana
tidak ? Sejak awal, kelasku selalu tertinggal materi dari kelas lain. Mereka
ngomong apa, kami ngomong apa, seakan tak ada koneksi diantara kami karena tak
mengetahui apapun tentang si Choco Bread itu ( nama lain : Kalkulus ). “Ria, kabarkan pada teman-teman Kalkulus
lainnya kalo saya tidak dapat mengajar karena sakit. Kuis akan diganti lain
waktu ya” . Begitulah kurang lebih pesan singkat yang berasal dari Ibu
dosen mewarnai kotak masukku. Bagai kemarau 7 tahun terguyur oleh hujan sehari,
betapa pikiranku melayang-layang bersama oksigen-oksigen nan reaktif, ya
seperti itulah hatiku saat ini. Senang, bahagia, semua bercampur menjadi satu.
Yey, tak jadi kuiz !!! Dengan hati girang, ku beranjak dari kasur cantikku dan
segera mengambil secarik kertas berisi daftar nomor handphone. Segera ku
kirimkan sms hampir ke semua anak kelas yang terdiri dari beraneka ragam
departemen dan jurusan. Waktu menunjukkan pukul 07.30, ahhh masihh ada
kesempatan tidur ! Jam 8 aku mengadakan janji dengan teman-teman MPKT tuk
membicarakan proyek akhir kami. Karena begitu melekatnya diriku pada bed cover
berwarna pink tersebut, hampir membuatku lupa bahwa terdapat jadwal kerja
kelompok. Hingga salah seorang temanku turut memenuhi kotak masukku bahwa ia
tengah menunggu bikun menuju kampus. I’m shock ! Tanpa pikir panjang, ku segera
melangkahkan kaki untuk bersiap-siap menuju kampus. First hope : Semoga hari
ini Allah memberiku kemudahan dalam setiap langkahku.
Pukul
09.00 aku telah sampai menuju kampus. Hmm masih banyak yang perlu dipersiapkan
untuk proyek akhir. Kali ini setidaknya kami harus menampilkan perfoma kami
semaksimal mungkin, betapa tidak, banyak desas desus dan isu-isu sensitif
mengenai dosen MPKT yang cukup strick dalam pemberian nilai. Kami sangat
menyadari bahwa ilmu sosial teramat luas bahkan tak dapat diukur oleh apapun
sekalipun oleh alat paling canggih buatan NASA. Ilmu sosial sangat berbeda
dengan ilmu eksakta. Ya kami sangat sangat menyadarinya. Tapi, salahkah kami
apabila kami berharap lebih untuk mendapat nilai yang memuaskan ? Bukankah
sesama manusia, kebijakan sepihak bukanlah parameter yang akurat ? Semoga
harapan ini tidak hanya sekedar khayalan semu belaka. Meski nilai bukanlah segalanya,
bukanlah parameter yang mengukur seberapa pintar seseorang, sejauh mana ia
memahami suatu materi tertentu, namun bagaimana ia menerapkannya dalam realita
alam. Kembali dalam ceritaku, skip sajalah persoalan itu, biarlah Allah yang
menjawabnya, sesungguhnya manusia hanyalah berusaha dan berencana. Benar kan ?
Jujur
saja, siang itu, tepatnya pagi menjelang siang, aku merasa gundah gulana
(*lebay dah). Mungkin aku yang terlalu lebay atau mungkin terlalu negatif thingking
yang selalu memikirkan segala kemungkinan terburuk. Takut, gelisah, semuanya
saling beradu, bahkan aku tak sanggup menenangkan diriku sendiri. Entah apa
yang akan terjadi nanti, kuserahkan semua padaNya ... Bayangkan saja, kelompok
kami menyajikan kolaborasi drama, presentasi, puisi musikalisasi dan lagu-lagu kebangsaan, namun kami belum
mempersiapkannya dengan matang. Kemarin di hari libur nasional, Minggu 11 11
2011 ( tanggal yang indah, wkwk ), kami berencana untuk berkumpul pukul 09.00
di loby K Teknik UI, yaa seperti biasa, seakan budaya yang telah mengakar pada
diri orang Indonesia yaitu jam karet. Pukul 11.00 kami baru memulai diskusi
yaitu membahas bagaimana alurnya dan finishing naskah. Pukul 13.00, karena
panggilan alam, kami pun mempending latihan dan bersama-sama menapakkan kaki
menuju warung Nasi Kutek. Dengan makanan ala kadarnya kami pun melahapnya
dengan nikmat, bahkan kedua orang temanku sempat-sempatnya menambah nasi. Subhanallah
nikmatnya makan di kala lapar dan tentunya kebersamaan di antara kami sebagai
bumbu penyedapnya. Kami pun memulai latihan pada pukul 14.30 dan berakhir pada
pukul 15.40. Suatu waktu yang sangat singkat untuk sebuah kontes drama. Rupanya
awan yang saling bersatu meneteskan bulir-bulir air hingga membuat kami
terjebak dalam suatu kisah, ahhhh bagaimana kami pulang ? yasudahlahh ..
Dalam
suatu kisah tersebut, pada akhirnya kami memutuskan untuk merapat menuju Kantik Teknik, kami merasa bingung, tak ada
yang dapat kami lakukan di tengah derasan hujan. Latihan ? Yang jelas kami
sudah merasa lelah, maybe lebih tepatnya sleepy! Huh! Lapar lagi lapar lagi,
tapi tak ada yang menjajakan makanan. Hmm, awak confuse ni *Tsani’s style.
Tiba-tiba muncul sebuah ide cermelang yang terlontar dari neng Sunda, “Bagaimana
dengan capsa?”. Capsa adalah permainan kartu bridge, peraturannya hampir sama
dengan poker. Dengan tangkas kami semua mengangguk tanda setuju. Ahh
kerinduanku bermain bridge bersama kawan-kawan SMA pun terobati. Kelompok Satu
memang kelompok Capsa !! Go Kelompok 1 ! Go Capsa ! Bagai dimabuk capsa,
ternyata waktu telah menunjukkan pukul 17.45. Astaghfirullah sudah menjelang
Maghrib, karena hujan telah mereda, kami pun mengakhiri permainan tersebut.
Menyenangkan sekali ! Itulah kilas balik perjuangan kami yang diakhiri dengan
Capsa.
Kembali
ke awal cerita, perasaanku yang gelisah bertambah ketika rencana gladi bersih
gagal total. Tapi hatiku mulai tenang ketika mendapat giliran tampil pertama.
*Aneh kan ya?. Bismillahirrahmanirrahim. Kelompok 1 pasti bisa! Dan ternyata
benar, Allah menunjukkan kebesaranNya kala itu, semua berjalan dengan lancar,
aku pun dapat mempresentasikan budaya Jawa dengan bahasa krama yang tepat serta cukup
maksimal dalam pembacaan puisi maupun narator. Hingga suaraku pun hampir saja
menghilang, namun berhasil kugenggam kembali. Meski terdapat kesalahan teknis
pada LCD, tidak menyurutkan kami untuk tetap berperfoma dan karena batasan
waktu yang begitu singkat memaksa kami untuk mengcut beberapa alur. Sayang sekali. Tetapi meski telah kami cut, tetap saja kami melebihi batas
waktu, kelompok 1 kelompok 1. Like it! Kami sangatlah bersyukur mendapat
giliran pertama, mengapa? Ya karena kami dapat memberikan surprise pada Pak
Dosen dan teman-teman akan apa yang kami tampilkan. Manusia memang tiada yang
sempurna, kesempurnaan hanyalah milikNya, begitu juga dengan pengerjaan proyek
akhir ini. Ya walaupun begitu, kami cukup senang dengan apresiasi dari Pak
Dosen yang menilai kekompakan dan kerjasama kami. Akhirnya, kami tutup kelompok
1 dengan menyebut hamdalah, Alhamdulilah. Dan tak lupa, kelompok 1 ? Capsa !
Ahh ternyata benar, seusai kelas kami bermain Capsa bersama di dalam kelas
hingga jam pergantian kelas dimulai. Ya begitulah cerita di hari SENIN, 12 12
2011. Hmm, SENIN yang penuh dengan rasa nano nano, pastinya kami akan selalu
merindukan masa-masa ini, kelas MPKT, kelompok 1, makalah, presentasi hingga
kontes drama. Kelas yang menarik, teman yang menyenangkan, mata kuliah yang
santai tapi pasti, dan tentunya dosen yang baik hati.*berharap. Amin.
|
Tsani, Ruli, Muti, Pak Soemiyarno, Ria(me), Raihan, Dhia, dan Frinda |
|
Kelompok 1 CAPSA !!! |
|
Kelompok 1 tampil nomor SATU |
|
I Love MPKT. I LOVE 12. M.P.K.T 12. Seuntai mawar tuk Pak Slamet Soemiyarno tercinta. |
|
Kelompok SATU bergaya. Alhamdulilah ya akhi ukthi :D |
|
MPKT sangat berarti, istimewa di hati, selamanya rasa ini. Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah MPKT. Ya MPKT 12, sebuah kelas yang kondusif, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Meski kita tak lagi menghabiskan waktu bersama dua kali seminggu, tapi kita tetap SATU. SATU TEKNIK, Universitas Indonesia. Perbedaan bukanlah lagi jurang pemisah, keberagaman bukanlah jarak dari kecepatan dan waktu, tetapi ialah KESATUAN, kesatuan sebagai warga Teknik, satu nusa satu bangsa. Indonesia Jaya !
No comments:
Post a Comment