Thursday, December 8, 2011

Fakta di Balik Pohon Randu

          Rasanya seperti bertahun-tahun lamanya, ahhh bahkan beratus-ratus tahun, aku tak menyempatkan diri menulis disini but now i'm back. Hmm, gag kerasa 4 bulan sudah kuhabiskan waktuku untuk perkuliahan, tugas,kuis,UTS,laporan, dan semuanya. Sebenarnya, saat ini, detik ini, aku masih memiliki begitu banyak ohh bahkan teramat banyak tugas dan tugas. Ada yang bernama presentasilah, drama, ahhaaa tanggungan kuis kalkulus Senin depan, dan lain sebagainya. Namun, entah mengapa, malam ini, ku tak ingin menyentuh semua itu, lupakan lupakan walau tuk sejenak !  
       Masih segar di ingatan, Rabu kemarin 7 Desember 2011, aku dan rombongan mengelilingi hutan Universitas Indonesia tuk mengamati pohon karet dan randu dengan diiringi oleh Ibu Dewi Tristantini. Meski hanya sekedar jalan-jalan, tapi aku merasa cukup senang dengan pembelajaran out of the door. Kita tidak hanya membayangkan bagaimana getah karet disayat dari pohonnya atau bagaimana isi dari buah randu, namun imajinasi tersebut menjadi realita ketika mengobservasinya secara langsung. Kabar menarik, rupanya Ibu Dewi adalah mantan juara pejalan kaki tercepat Fakultas Teknik Universitas Indonesia, amazing! Pantas saja sekawanan yang berjalan begitu lambat layaknya seekor siput akan tertinggal jauh ke belakang, untung saja dengan segala daya dan upaya, aku dan salah dua orang temanku yang awalnya berada pada barisan paling belakang berhasil menyalip dengan kecepatan 760 house power dan berada pada klasifikasi pertama. Hmm,mungkin saja kami dapat menyaingi Bu Dewi dan menggeser posisinya sebagai pejalan kaki tercepat, great! *lebay dah.
           Dalam perjalanan itu, beliau memberi kami pekerjaan kos untuk mencari tahu apa saja kandungan dari kapuk yang notabene isi dari buah randu. Menurutnya, kapuk  terdiri dari serat isoprena. Karena rasa penasaran, malam ini, aku pun mencoba mencari tahu segala hal tentang pohon randu, meski tak semuanya dapat ku mengerti. Nah ini dia yang aku dapatkan tentang pohon ajaib ciptaan Allah SWT, subhanallah.


Pada industri meubel serat kapuk banyak digunakan sebagai pengisi bantal, kasur, pelampung, dan jok kursi. Pada industri elektronika dan bangunan, serat kapuk digunakan sebagai isolator panas dan peredam suara. Pada industri permesinan, serat kapuk dapat digunakan sebagai filter dan oil separator. Pada industri pemintalan, serat kapuk digunakan untuk membuat benang dan dengan proses yang benar dapat dijadikan kain tenun.

Kapuk
Biji Kapuk
Biji berwarna kehitaman, kandungan air 13%, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat, tekstur bersih, dan tidak menggumpal.
Biji Kapuk
Bungkil Biji Kapuk
Bermanfaat buat pakan ternak (konsentrat), pupuk tanaman, media budidaya jamur, dll. Kandungan protein yang relatif tinggi menjadikan produk ini banyak dicari. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Bungkil hasil pengepresan digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan Nitrogen 4-5% dan 2% asam fosfat. Kegunaan bungkil yang pokok untuk makanan ternak, cara mengatasi bungkil tersebut dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat.

Cake halus
 
Minyak Biji Kapuk
Minyak kapuk berwarna kuning dan tidak berbau dan rasanya tawar. Kandungan asam lemak, sama dengan minyak biji kapas, sementara persentase asam linoleat lebih rendah. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Minyak yang diambil dari biji kapuk dapat digunakan untuk membuat minyak goreng yang non-kolesterol. Selain itu, biji kapuk juga dapat diolah menjadi sabun, bahan batik dan bahan minyak biodiesel.

Minyak Biji Kapuk

Proses pembuatan

Abu kulit buah kapuk randu mengandung senyawa kalium karbonat 78,95 persen, kemudian diekstraksi menjadi soda qie dan dilarutkan menjadi kalium hidroksida. Rionugroho mencampurkan minyak jelantah dan kalium hidroksida dengan dipanasi sampai 110 derajat celsius selama satu jam sebagai proses saponifikasi.

”Proses saponifikasi ini akan menghasilkan sabun cair dan gliserol,” kata dia.
Rionugroho meracik larutan kalium hidroksida dan minyak jelantah dengan perbandingan 4:1. Proses saponifikasi menghasilkan 76,8 persen sabun cair.

Komposisi sabun cair yang berwarna bening kekuning-kuningan itu berada pada lapisan atas. Pada lapisan bawah, sebagai endapannya menjadi gliserol, yang antara lain digunakan sebagai pelicin krim cukur.
Industri sabun menggunakan tambahan unsur garam murni untuk menghasilkan sabun padat. Lalu, ditambahkan pula bahan pewangi dan pewarnanya.

Saat ini, sabun mandi cair justru populer di pasaran. Bentuk cair akan lebih memudahkan kemasan dibawa ke mana-mana. ”Saya ingin mematenkan temuan ini,” kata Rionugroho.
Ia juga telah menyajikan teknologi sederhana pembuatan sabun mandi. Masyarakat pun dapat mengaplikasikannya sendiri.
Pembuatan sabun organik dapat diproduksi menjadi produk unggulan di lokasi penghasil kapuk randu, seperti Pati, Kudus, dan Jepara di Jawa Tengah. Di Jawa Timur juga banyak ditemui di Tulung Agung, Blitar, Pasuruan, dan Banyuwangi.

Di Jawa Barat juga ada perkebunan kapuk randu terbesar di Lebak Wangi dan Bandung.
Secara historis, tanaman kapuk randu berasal dari Afrika Tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Kulit buah kapuk randu yang semula hanyalah limbah, ternyata bisa memberikan nilai tambah menjadi bahan baku sabun ramah lingkungan.

Subhanallah, ternyata begitu banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari pohon randu, baik dari bijinya, kapukya, kulit, batang, bahkan daunnya, semua dapat dimanfaatkan. Bahkan daun dan kulit biji kapuk dapat digunakan sebagai obat-obatan herbal.

Khasiat Daun Randu 

1. Menghilangkan bekas luka
2. Mengobati panas dalam
3. Menyuburkan rambut

Begitu banyak karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Namun mengapa hingga saat ini kita masih belum merasa puas dengan segala kenikmatan yang telah ia berikan ? Bersyukurlah atas segala yang telah Ia karuniakan dengan cara tetap melestarikan pohon randu serta memaksimalkan produktivitasnya agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh umat manusia, khususnya bangsa Indonesia. 

5 comments: