Tuesday, October 2, 2012

LELAH DAN LETIH

Bagai burung dalam sarang laba-laba. Ingin rasanya keluar dari perangkapnya, mengakhiri permainan ini, mengakhiri lelucon ini. Mengapa? Semua itu hanya akan sia-sia, melelahkan layaknnya menunggu sesuatu dengan probabilitis NOL. Benar-benar MELELAHKAN! Entah mengapa rasa lelah ini masih belum bisa terbayarkan jika ku masih dalam sarangnya. Hingga kapan ku harus menunggu Sang Waktu berkata "Hai kamu, lepaskan merpati kecil ini dari sarangmu!". Terkadang timbul rasa penyesalan yang begitu mendalam, mengapa, mengapa, dan mengapa ku harus melangkah ke arah ini, padahal hatiku menginginkan arah itu, dan mengapa hentakan kaki ini justru mengarah pada ini, sesungguhnya hatiku telah berkata TIDAK!. Mungkin inilah TAKDIR Tuhan bahwa ku harus merasakan sensasi ini. Jika memang ini adalah takdirmu, mengapa tak kau buat hatiku nyaman senyaman semilir angin Danau Maninjau? Mengapa Kau buat aku merasa begitu gelisah dan ingin melepaskannya begitu saja? Kini kumengerti apa maksudMu, aku tidak akan mengerti tentang kehidupan ini jika Kau tak membawaku ke sarang ini, aku tidak akan pernah belajar arti memahami lingkungan sekitar, aku tak kan pernah bisa mengerti karakter alam sesungguhnya, ya karna Engkau memang telah menuliskannya dalam buku suratan Takdirku. Hanya satu permintaanku, SABARkanlah aku, pikiranku, juga hatiku ini hingga Sang Waktu berkata "Kau BEBAS sekarang!". Buatlah hambamu merasa nyaman, berilah manfaat dari semua ini, suatu hal yang kurasa meletihkan, tapi aku tahu Engkau tak kan pernah menyukai hambaMu yang selalu MENGELUH. Mulai detik ini aku tidak akan berkata bahwa "AKU LELAH! AKU LETIH!" lagi dan lagi. Cukup kali ini saja. Maka SABARkan hambaMu ini Ya Allah, beri aku jalan petunjukMu, jalan yang Engkau ridhai. Bila ini yang terbaik untukku maka dekatkanlah, bila tidak maka jauhkanlah, dan berikanlah yang terbaik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengerti apa yang hambaMu butuhkan dibandingkan apa yang hambaMu inginkan. Karena Engkau Maha Segalanya. Maha Suci BagiMu Tuhan Semesta Alam.

No comments:

Post a Comment